Mencoret salah satu pemainnya karena tidak mau membatalkan puasa, Pelatih FC Nantes, Antoine Kombouare, mendapatkan kecaman.
Sempat masuk dalam susunan starting line up utama FC Nantes, Hadjam dicoret Kombouare dalam susunan pemain FC Nantes kontra Reims dalam lanjutan Ligue 1, Minggu (2/4/2023).
Hal itu ditengarai oleh penolakan Hadjam, bek asal Aljazair itu untuk membatalkan puasanya saat bermain, seperti dikutip dari RMC Sport.
Kambouare menegaskan, dirinya mempunyai aturan sederhana. Tidak masalah jika pemainnya berpuasa. Namun, pada saat pertandingan, dia melarangnya.
“Mereka yang menjalani puasa Ramadan pada hari pertandingan akan tinggal di rumah. Saya tidak akan mengganggu kesehatan pemain, atau menyusahkan rekan satu tim mereka. Ketika Anda tidak makan sepanjang hari, itu menjadi rumit,” lanjutnya.
Tapi, strategi Kombouare mencoret Hadjam tak berjalan sesuai skenario. Nantes justru dipermalukan Reims 0-3. Hasil itu membuat Nantes masih terpaku di posisi 14 klasemen Ligue 1 musim ini.
Selain itu, Ligue 1 juga dikecam karena tak mengizinkan laga dihentikan ketika waktu berbuka puasa tiba. Hal berbeda ketika para pemain muslim tampil di kompetisi elite Eropa lainnya, seperti Liga Premier hingga Bundesliga.
Ketua Komisi Wasit Federal dan anggota Federasi Sepak Bola Prancis, Eric Borghini mengatakan penghentian pertandingan sepak bola bertentangan dengan hukum liga.
“Sepak bola tidak memperhitungkan pertimbangan politik, agama, ideologis atau serikat pekerja para aktornya,” tulis Borghini dalam keterangannya.
“Prinsip ini diberlakukan pada semua orang, instansi, klub, pemegang lisensi, sampai wasit. Terserah semua pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa itu dihormati,” sambung Borghini.
Pernyataan itu jelas bertolak belakang dengan kebanyakan pemain muslim yang berlaga di kompetisi tersebut, apalagi timnas Prancis banyak didominasi pemain muslim selama bertahun-tahun. Sebut saja Karim Benzema, Zinedine Zidane, Franck Ribery, Paul Pogba, Ousmane Dembele, atau N ‘Golo Kante.
Menanggapi hal tersebut, Lucas Digne ikut bicara mengenai pemberitaan pencoretan Hadjam. Digne menyinggung kebebasan berpuasa bagi pemain muslim di liga Inggris.
“Di Liga Premier Anda bebas melakukan apa pun yang cocok untuk Anda, mereka tidak akan pernah melakukan apa pun yang bertentangan dengan keyakinan Anda dan ini bagus,” katanya.
“Saya lahir di Prancis dan bekerja di sana, tetapi antara Prancis dan Inggris ada perbedaan besar. Orang Inggris adalah contoh yang bagus. Terkadang Anda harus mendengarkan orang dan memahami apa arti iman bagi seseorang dan itu dihormati,” tegas Digne.