Sejak lama, bernapas lewat hidung dianggap memiliki keunggulan dibanding bernapas melalui mulut. Bahkan sekitar tahun 1915, bernapas melalui mulut dijadikan sebagai bentuk hinaan. Selain itu, mereka yang bernapas melalui mulut dianggap tidak menarik.
Tetapi, apa yang membedakan bernapas melalui mulut dengan hidung? Mengapa bernapas melalui hidung dianggap lebih unggul?
Alasannya begini, saat kita bernapas melalui hidung, maka udara akan didorong melewati semua struktur yang sangat rumit. Saat udara didorong melalui berbagai struktur rumit ini, udara akan memanas, dilembabkan, diberi tekanan, dan disaring. Sehingga saat udara sudah sampai ke paru-paru, udara akan lebih mudah masuk ke aliran darah.
Selain itu, dikutip dari laman Science Focus, kita juga bisa mengekstraksi sekitar 20 persen lebih banyak oksigen jika bernapas melalui hidung dibanding bernapas melalui mulut. Angka ini bukanlah perbedaan yang kecil, terutama ketika kita sedang berolahraga.
Menguatkan bukti manfaat bernapas dari hidung, sebuah penelitian tahun 1996 juga menunjukkan bahwa bernapas melalui hidung selama berolahraga dapat meningkatkan daya tahan secara signifikan.
Penelitian lain tahun 2011 menemukan bahwa penderita demam dengan kepadatan bulu hidung yang lebih besar cenderung tidak terkena asma. Karena udara yang masuk ke rongga hidung, disaring oleh filter seperti rambut dan dilapisi oleh lendir. Berbagai tahap ini akan menyaring debu, kotoran hingga bakteri serta mencegah benda-benda tersebut masuk ke dalam tubuh.