Kegemaran menggigiti kuku ternyata bukan hal baru dalam kehidupan mansuia. Bahkan sejak jaman Yunani kuno, kebiasaan ini sudah ada. Contohnya, salah satu filsuf Yunani kuno bernama Cleanthes dilaporkan memiliki kecanduan menggigiti kukunya.
Sekarang di zaman yang lebih modern, mungkin belum cukup data empiris untuk mengatakan banyak orang gemar menggigiti kuku. Tetapi, dikutip dari laman Vox, setidaknya 20% orang dewasa melakukan kebiasaan semacam ini.
Lalu, mengapa kebiasaan menggigit kuku bisa jadi adiktif?
Ada banyak teori dan spekulasi yang berusaha menjawab pertanyaan ini. Tetapi, teori terbaru mengungkap bahwa menggigiti kuku bisa membantu seseorang untuk menyeimbangkan emosi.
Misalnya dalam penelitian yang berjudul Emotion regulation and other psychological models for body-focused repetitive behaviors yang menemukan bahwa menggigiti kuku merupakan bentuk distraski, mendatangkan kesenangan, dan relaksasi bagi yang melakukannya.
Dalam beberapa kasus, menggigiti kuku punya efek ganda. Kegiatan ini bisa menstimulasi jika seseorang berada dalam kondisi tertentu (bosan), dan bisa juga menjadi alat untuk relaksasi dalam kondisi yang lain.
Penelitian lain yang dilakukan oleh para peneliti di University of Quebec juga menemukan bukti dari hal ini. Penelitian mengungkap bahwa orang-orang cenderung melakukan perilaku semacam ini dalam kondisi stres, atau bosan. Intinya kebiasaan yang berulang seperti ini adalah bentuk regulasi emosi.