Menangis tampaknya lebih sering dikaitkan sebagai bentuk ekspresi emosi seperti kesedihan dan kegembiraan. Tetapi bagaimana konsepnya jika kita membicarakan proses menangis pada hewan? Apakah hewan juga bisa menangis seperti manusia?
Sebenarnya secara teknis, hewan memang memproduksi air mata, tetapi hanya untuk melumasi mata mereka. Dikutip dari laman Smithsonian Magazine, meski hewan juga merasakan emosi tetapi di alam liar ada lebih banyak keuntungan untuk menyembunyikan emosi mereka agar tidak tampak rentan.
Lebih lanjut, hewan juga mirip dengan manusia, mereka bisa merasakan emosi yang kompleks, seperti ketakutan, rasa sakit, dan kebahagiaan. Hanya saja mereka tidak mengungkapkan perasaannya dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh manusia, yaitu menangis.
Dibanding menangis, hewan biasanya mengungkapkan emosi melalui suara. Misalnya, hewan liar menggunakan suara untuk melakukan panggilan darurat atau memberi sinyal saat ada kerabat dalam bahaya. Dan ini dianggap sebagai menangis minta tolong meski tidak menumpahkan airmata seperti manusia.
Dikutip dari laman AZ Animal, hewan juga menunjukan emosi melalui perilaku. Misalnya angsa, jika tengah berduka, hewan ini akan melakukan masa berkabung seperti penurunan berat badan dan memisahkan diri dari kawanan.
Atau gajah, gajah dinilai tidak hanya menangis saat kehilangan kerabatnya, mereka juga bisa mengunjungi sisa-sisa tulang kerabatnya bahkan setelah kerabatnya tiada selama berbulan-bulan atau bertahun tahun lamanya. Lain lagi dengan burung-burung seperti magpies dan jays yang jika berduka mereka akan berkerumun di sekitar tubuh anggota kelompok yang meninggal dan mengeluarkan suara untuk menunjukan kesedihan.