Kuliner tradisional khas Yogyakarta, Gudeg, sudah menjadi favorit semua orang sejak puluhan tahun lalu. Bukan populer di kalangan masyarakat lokal saja, tapi juga merambah di seluruh Indonesia bahkan di luar negeri.
Keistimewaannya yang membuat masakan ini memiliki kesan abadi. Perpaduan rasa asin, manis dan pedas dipadukan dengan bumbu lain seperti sayur dan lauk pauk, membuatnya sempurna. Ini juga yang membuat makanan ini lebih sehat dan bergizi.
Gudeg sudah ada sejak Yogyakarta pertama kali terbentuk. Gudeg kala itu sebagai masakan serba guna dan untuk semua kalangan. Setiap orang mampu membuat Gudeg versi rumahan dengan bahan utama nangka dan santan sebagai kuahnya.
Bumbu lain yang cocok untuk makanan ini seperti tempe kedelai yang difermentasi, ayam dan telur. Gudeg bisa dimakan kapan saja dan banyak dijajahkan di mana-mana, apalagi jika kamu kebetulan sedang liburan di Yogyakarta. Kamu juga bisa mendapatkan gudeg saat subuh atau malam hari.
Masyarakat Jawa memiliki filosofi bahwa menyantap sesuatu yang nikmat paling baik dilakukan pada malam hari. Umumnya dikenal dengan sebutan Mat Matan. Biasanya yang memakannya pada malam hari adalah laki-laki setelah mereka selesai bekerja sambil mengobrol dengan orang lain di warung makan.
Di pagi hari Gudeg biasanya disajikan dengan bubur nasi sebagai pengganti nasi putih. Jadi cocok untuk sarapan anak-anak.
Saat Yogyakarta dipromosikan sebagai kawasan wisata, jalan Wilijan dapijadikan pusat pedagang gudeg. Di jalan ini, sederet penjual gudeg menyajikan hidangan yang mirip tapi dengan rasa yang berbeda. Masing-masing penjual memiliki pangsa pasarnya sehingga tidak takut kehilangan konsumen meski menjual menu yang sama dalam satu area.