Stone of Scone atau Batu Takdir akan digunakan dalam prosesi penobatan Raja Charles III yang berlangsung pada 6 Mei mendatang. Batu tersebut diyakini akan meraung gembira ketika calon pimpinan Monarki yang tepat duduk di atasnya.
Namun, tahukah kamu bahwa batu keramat tersebut ternyata pernah dicuri oleh komplotan mahasiswa asal Skotlandia pada tahun 1950-an?
Ya, Ian Hamilton yang merupakan mahasiswa hukum tingkat ketiga di Universitas Glasgow adalah salah satu biang keladinya. Bersama tiga rekannya, Key Matheson, Gavin Vernon, dan Alan Stuart, siapa yang menyangka kalau rencana keempat mahasiswa iseng ini bisa berhasil.
Bukan tanpa alasan, aksi pencurian ini didasari kepercayaan Ian bahwa Batu Takdir adalah ikon milik negara asalnya, Skotlandia.
“Dalam banyak invasi Inggris ke Skotlandia mereka telah mengambil simbol dari negara kami… Mendapatkan (batu) itu kembali adalah gestur yang sangat simbolis,” katanya dilansir dari BBC.
Pencurian Batu Takdir yang dramatis
Bermula dari liburan Natal yang membuat keempat mahasiswa ini pergi ke London dengan menggunakan mobil Ford tua. Rencana pertama, Ian diharuskan masuk ke sisi gelap Abbey dan membuka pintu dari dalam agar ketiga temannya bisa masuk.
Namun, percobaan pertamanya ini keburu tertangkap basah oleh penjaga sehingga Ian beralasan kalau dirinya secara tak sengaja terkunci di dalam. Beruntungnya, alasan itu diterima begitu saja.
Tak putus asa, mereka pun kembali mencoba keesokan harinya. Pukul 4 pagi, mereka memarkir satu mobil di lokasi terdekat, dan memarkir mobil satunya di jalanan belakang Westminster Abbey.
Kay, satu-satunya perempuan di komplotan tersebut, menunggu di dalam mobil. Sementara ketiga rekannya yang laki-laki berusaha membobol pintu Poet’s Corner. Entah ada angin apa, ketiganya pun berhasil.
Mereka akhirnya masuk dan memboyong Stone of Scone dari singgasana aslinya. Ian menggunakan mantelnya untuk menyeret batu tersebut. Masing-masing dari mereka menarik bagian lengan mantel, sementara Ian menarik rantai yang menempel di batu tersebut. Dalam proses pemindahan ini, batu tersebut pecah menjadi dua bagian.
Karena syok, Ian kemudian mengangkat batu yang lebih kecil seberat 40 kg dan berlari kencang.
Setibanya Ian di dalam mobil, seorang polisi yang tengah berjaga mendatangi mereka dan bertanya kenapa para begundal tersebut memarkir mobil di depan Abbey. Dengan alasan dan gerak-gerik yang ditutupi, mereka berhasil mengelabui polisi. Lagi-lagi, rencana bulus Ian dan kawanannya tak terendus oleh pihak berwajib.
Sementara itu, Gavin dan Alan kabur dari lokasi pencurian dengan meninggalkan bagian batu yang lebih besar begitu saja. Pasalnya, mereka mengira Ian sengaja meninggalkan mereka untuk kabur. Padahal, setelah meletakkan batu yang kecil di dalam mobil, Ian kembali lagi ke lokasi untuk menemui kedua rekannya.
Singkat cerita, Ian harus menyelesaikan misi pencurian seorang diri. Setelah berhasil kembali ke mobil, Ian mengemudi hingga jauh dari Westminster Abbey dan menekuman Gavin dan Alan tersesat di jalan Old Kent.
Keempat kawanan ini kemudian menguburkan bagian batu yang besar di daerah terpencil, dekat Rochester di Kent. Sementara itu, bagian batu yang kecil ditinggalkan oleh Kay di rumah seorang temannya, lebih tepatnya di sebuah garasi di Birmingham.