Saat mengisi bensin di SPBU, biasanya Anda akan melihat larangan menggunakan ponsel. Larangan ini sangat populer dan berasal dari kepercayaan umum kalau penggunaan ponsel bisa menyebabkan kebakaran. Tetapi, benarkah hal tersebut?
Argumen ini sebenarnya dibantah oleh para ahli yang menyebut kepercayaan ini sebagai bentuk legenda urban yang beredar di era 1990-an.
Dasar argumennya adalah gelombang mikro yang dipancarkan dari ponsel dapat memicu percikan api. Tetapi, dikutip dari laman The Strait Time, gelombang mikro hanya dapat menghasilkan api ketika bersentuhan dengan logam. Terlebih lagi, gelombang yang dipancarkan oleh ponsel juga terlalu lemah untuk bisa memicu ledakan. Fakta ini diungkap oleh professor teknik kelistrikan University Putra Malaysia, Dr Chandima Gomes.
Gomes mengatakan bahwa gelombang mikro dari ponsel berada pada intensitas yang sangat rendah, yaitu sekitar 2,45GHz. Sedangkan untuk menciptakan percikan api, butuh microwave bertenaga sangat tinggi. Sehingga tidak ada bukti ilmiah yang mengatakan bahwa emisi ponsel sudah cukup menciptakan leadakan.
Pendapat ini bahkan diuji dalam program popular Discovery Channel MythBusters. Pada program ini, tuan rumah akan mengisi kamar gas dengan asap kemudian menelpon ke dalam, untuk melihat apakah ada percikaan api dan hasilnya negatif.
Namun, pendapat lain muncul dari wakil presiden eksekutif Petroleum Equipment Institute (PEI) Robert Renkees. Ia mengatakan listrik statis dari tubuh seseorang yang bisa menyebabkan percikan api saat bersentuhan dengan pompa bensin sehingga memicu ledakan. Dari banyak ratusan kasus ledakan di SPBU, kecelakan dengan posnel biasanya terjadi saat seseorang mengisi bahan bakar dan kembali ke bagian mobil untuk menelpon. Jadi, ketika tubuh bergesekan dengan kursi, akan menciptakan listrik statis yang bisa mengisi daya tubuh.
Saat bensin masuk, uapnya akan keluar dari pipa pengisian, dan saat itu akan ada pertemuan dari sumber api saat listrik statis keluar dari tangan ke nosel, tepat di mana uap keluar dari pipa pengisi.