Dibandingkan dengan brand mobil lainnya, Ferrari agak tertinggal dalam peluncuran mobil listrik. Di saat perusahaan manufaktur mobil lain menargetkan penjualan mobil listrik 30%-50% pada 2025 mendatang, Ferrari baru akan meluncurkan mobil listrik pertamanya di tahun tersebut.
Target penjualan mobil listrik Ferrari sendiri hanya 5% dari total penjualan pada 2026. Saat ini, Ferrari masih belum menggunakan listrik sepenuhnya karena dianggap teknologi yang ada belum memadai untuk supercar.
Sementara itu, sudah banyak perusahaan yang berlomba-lomba untuk memutakhirkan mobil listrik termasuk dari performa mesin, kecepatan, hingga jarak tempuh. Sebut saja Lotus Evija all-electric, dengan lebih dari 2.000 hp (1.500 kW) dan torsi 1.256 lb-ft (1.704 Nm) untuk kecepatan 0 hingga 186 mph hanya dalam waktu sembilan detik.
CEO Ferrari, Benedetto Vigna mengaku saat ini masih berfokus pada penciptaan mobil ICE (Internal Combustion Engine) yang merupakan bagian esensial serta legasi Ferrari.
Sebelumnya, Ferrari juga berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon lewat energi terbarukan dan material ramah lingkungan untuk mendukung transisi ke mobil listrik.
Saat ini, Ferrari sendiri menawarkan 4 mobil dengan teknologi hybrid, meski belum mengandalkan mobil listrik sepenuhnya. Meskipun beberapa pasar mobil besar telah melarang penjualan kendaraan ICE baru, Uni Eropa baru-baru ini menyetujui penggunaan bahan bakar elektronik sintetis. Dengan begitu, Ferrari masih mendapatkan lampu hijau untuk terus memproduksi kendaraan ICE.