Ada banyak sekali makanan enak yang mengandung gula. Ada ice cream, kue, cokelat atau mungkin minuman bersoda. Tetapi, apa pengaruhnya terhadap munculnya rasa bahagia?
Sejak Anda pertama kali memasukan gula ke dalam mulut, maka indera pengecap lidah akan mengirimkan pesan ke otak. Sinyal yang diinduksi gula ini akan merangsang pelepasan dopamine, jenis neutransmitter yang akan mengaktfikan sistem penghargaan di otak.
Pada dasarnya dopamine juga membuat Anda merasa senang dan lebih baik. Jadi setiap kali Anda mengkonsumsi gula, otak akan melepaskan dopamine dan akan menanamkan pada ingatan Anda bahwa makan gula akan membuat Anda bahagia.
Sisi buruknya, ini juga akan memicu efek kecanduan. Pada kasus ekstrem, kecanduan gula mirip dengan efek yang disebabkan oleh nikotin, alkohol atau obat-obatan terlarang. Meski pada kasus gula, efek kecanduannya tidak akan separah beberapa pemicu kecanduan tersebut. Kecanduan gula hanya akan membuat kita ingin mengkonsumsi lebih banyak gula.
Selain itu saat mengkonsumsi gula, ada neutransmitter lain yang ikut dilepaskan oleh otak. Neurotransmitter tersebut bernama serotonin, bahan kimia yang membuat kita punya suasana hati yang baik. Lalu jika gula membuat kita bahagia, apa yang salah?
Sayangnya, gula juga melepaskan banyak serotonin lebih dari yang kita butuhkan. Dikutip dari laman Science ABC, jika serotonin diaktifkan terlalu sering, maka kadar serotonin bisa habis. Akhirnya, penurunan kadar serotonin di otak bisa menyebabkan munculnya depresi dan bisa pula datang dalam bentuk kelelahan atau penurunan gula darah