Bubur ayam adalah bubur nasi dengan daging ayam suwir yang disajikan dengan beberapa bumbu. Tidak seperti masakan Indonesia lainnya, ini tidak pedas, sambal terasi disajikan terpisah.
Ini adalah makanan sarapan favorit, disajikan oleh penjual keliling yang sederhana, warung, tempat makan cepat saji, dan restoran hotel bintang lima. Pedagang bubur ayam keliling sering melewati jalan perumahan di pagi hari menjual hidangan tersebut.
Bubur ayam menjadi pilihan sarapan paling favorit, teksturnya yang lembut membuat bubur ayam bisa dinikmati oleh semua kalangan termasuk bayi sekalipun.
Kanji atau bubur yang kita kenal sekarang sudah ada sejak masa dinasti Zhou pada tahun 1000 sebelum Masehi, pada Kekuasaan Kaisar kuning yaitu Kaisar Xuanyuan Huangdi terjadi kekurangan bahan pangan akibat kemarau yang berkepanjangan.
Pada saat makan Kaisar menuangkan suhu panas di atas nasi, kemudian nasi mengembang seperti bubur. Hal tersebut menarik perhatian Kaisar, sehingga ia meminta pelayanannya untuk memasak beras hingga menjadi bubur untuk makanan para rakyatnya.
Ada sebuah cerita dari dokter yang merawat Kaisar yang sedang sakit, kemudian ia menyajikan bubur dengan tekstur yang mudah ditelan tanpa dikunyah.
Kemudian bubur dianggap sebagai makanan sehat sejak tahun 219 masehi. Hal ini tertulis di buku pengobatan tradisional Tiongkok, seiring berjalannya waktu bubur ayam diberi tambahan bumbu, seperti kecap asin, kecap manis, merica, garam, kaldu, sambal.
Dilengkapi dengan suwiran ayam, potongan daun bawang, bawang goreng, cakwe, dan kerupuk, kemudian dilengkapi dengan aneka sate untuk menambah kelezatan bubur ayam.