Ngidam makanan atau rasa ingin makan makanan tertentu segera dan mendesak dianggap sebagai sinyal bahwa tubuh kekurangan nutrisi. Sebagian besar orang percaya hal tersebut, dan memandang bahwa keinginan terhadap makanan tertentu adalah cara tubuh memenuhi kebutuhan nutrisi.
Tetapi, pandangan lain mengatakan bahwa, dibanding kekurangan nutrisi, keinginan makan makanan tertentu justru berhubungan dengan keinginan otak dan bukan yang dibutuhkan tubuh. Lalu, mana argumen yang lebih benar?
Ada banyak bukti yang bisa memaparkan bahwa kedua argumen itu bisa saja benar pada kondisi tertentu. Misalnya, ingin makan sesuatu bisa saja sinyal kekurangan nutrisi ketika terjadinya pica. Dikutip dari laman Healthline, pica adalah suatu kondisi di mana seseorang sangat membutuhkan zat non nutrisi yang biasanya terjadi pada wanita hamil.
Bentuk perilakunya adalah ketika mereka ingin makan zat-zat aneh seperti tanah, kotoran, es dll. Menurut penelitian, kekurangan nutrisi juga dinilai berperan dalam munculnya kondisi ini. Studi mengungkap bahwa gejala pica seringkali juga diikuti dengan kadar zat besi, zinc, dan kalsium yang rendah. Dan diketahui bahwa melengkapi nutrisi yang kurang bisa menghentikan perilaku ini.
Kondisi kedua adalah ketika kekurangan sodium. Orang biasanya akan mengidam makanan tinggi sodium dan asin ketika kekurangan zat tersebut. Perilaku ini dapat diartikan bahwa tubuh sedang membutuhkan lebih banyak sodium. Kekurangan natrium juga membuat orang melaporkan keinginan kuat makan makanan asin.
Pada beberapa kasus, memang ngidam garam disebabkan oleh kekurangan natrium dan kadar natrium darah yang rendah. Kesimpulannya, ngidam makanan asin dan zat non gizi (es dan tanah liat) bisa disebabkan oleh kekurangan nutrisi. Tetapi, bukan berati setiap kali kita sangat ingin makan makanan tertentu, itu terjadi karena tubuh kekurangan nutrisi.