Sejarawan kuliner Fadly Rahman memperkirakan kerupuk sebenarnya sudah ada sejak abad ke-9 Masehi. Hal itu dibuktilkan dengan adanya Prasasti Batu Pura di mana di dalam prasasti tersebut tertulis soal kerupuk rambak.
Kerupuk rambak merupakan kerupuk berbahan kulit sapi atau kerbau yang saat ini dikenal sebagai kerupuk kulit, dan biasanya digunakan dalam masakan Jawa yang disebut krecek.
Dalam perkembangannya kerupuk tersebar di seluruh Nusantara dengan rasa yang bervariasi sesuai dengan bahannya. Dari Jawa, kerupuk menyebar ke berbagai wilayah Nusantara mulai pesisir Kalimantan, Sumatera hingga semenanjung Melayu.
Kroepoek juga dapat ditemukan di Belanda. Kerupuk di Belanda tersebar diperkenalkan oleh orang Belanda yang pernah tinggal di Indonesia pada masa kolonialisme berlangsung.
Saat ini, kerupuk telah menjadi salah satu komoditas ekspor produk makanan Indonesia yang menjangkau pasar luar negeri antara lain Thailand, Korea Selatan, Amerika Serikat, Meksiko, dan Uni Eropa.
Salah satunya adalah kerupuk Jawa. Kerupuk Jawa adalah kerupuk yang terbuat dari tepung kanji atau kulit hewan dan bahan lain yang berfungsi sebagai penyedap rasa. Sebagian besar kerupuk Jawa dibuat dengan cara digoreng, sementara sebagian lainnya dipanggang atau digoreng dengan pasir panas.
Saat ini, berbagai varian kerupuk sudah menjadi makanan populer di Asia Tenggara seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei hingga Filipina.