Hasil hutan bukan kayu atau biasa disingkat HHBK merupakan sumber daya hutan yang dapat dimanfaatkan, salah satunya adalah kayu manis. Kayu manis bisa menjadi alternatif mata pencaharian petani untuk menambah pendapatan, namun biasanya bukan komoditas utama.
Komoditas kayu manis sebenarnya bisa di ekspor ke pasar internasional. Pasalnya tingkat permintaan rempah-rempah sangat tinggi di pasar dunia. Data menunjukkan Indonesia sebagai penghasil kayu manis terbanyak di seluruh dunia pada tahun 2018 dengan total mencapai 83.734 ton.
Kayu manis Cinnamomum burmannii merupakan tanaman semak pohon kecil, yang umumnya dikenal sebagai cassia Indonesia, cassia Batavia, dan cassia Padang.
Tanaman ini tersebar di Asia Tenggara dan dibudidayakan di negara Indonesia dan Filipina. Tanaman ini memiliki bentuk lonjong elips. Hasil panen kayu manis dipasarkan dengan sistem komersial, produk kayu manis dijual dengan sistem stik gulungan kering dan juga bubuk.
Kulit batang kayu manis memiliki bau khas aromatik, rasanya agak manis, sedikit pedas, dan kelat. Pemanfaatan kayu manis belum optimal dikelola oleh petani domestik karena kayu manis belum menjadi penghasil utama bagi petani.
Pohon kayu manis jika dikelola secara optimal berdasarkan bagian tanaman seperti kulit batang, kayu keras, daun dan ranting memiliki banyak manfaat.
Selain sebagai bumbu masakan, kayu manis juga dikenal karena manfaatnya untuk tubuh. Kayu manis berkhasiat sebagai antioksidan dan menghambat terjadinya stress, menurunkan gula darah, meningkatkan glukosa, melawan diabetes dengan meniru efek insulin.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kayu manis dapat membantu meningkatkan profil lipid darah dengan mengurangi kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida. Hal ini dapat berkontribusi pada kesehatan jantung dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.