Ada banyak ide brilian untuk mengurangi penumpukan sampah. Salah satunya adalah dengan membuangnya ke gunung berapi. Mengingat fenomena alam ini memiliki magma dan lava yang bisa membakar sampah dengan instan.
Tetapi, ide ini sebenarnya tak sebrilian kedengarannya. Dalam versi dampak paling sederhana, saat lava bertemu dengan sampah, sebagian besar sampah mungkin akan lenyap dan berubah menjadi kumpulan asap dan uap.
Namun, asap tersebut akan jadi asap yang berbahaya untuk dihirup atau dikirim ke atmsofer. Lebih lagi, danau lava memiliki volume yang terbatas serta bergerak naik-turun karena tekanan yang menumpuk di dalamnya. Dampak sederhannya, sampah justru akan meluap dan mencemari lanskap di sekelilingnya, entah mencemari atmosfer atau mencemari tanah.
Dampak lebih ekstremnya adalah reaksi berantai. Perlu diketahui bahwa danau lava tidak stabil. Jika kemudian anda menembus permukaanya dengan benda yang suhunya relatif dingin, katakanlah sampah, maka hal ini akan memicu terjadinya perpindahan panas yang tiba-tiba. Hasilnya, akan memicu ledakan berantai.
Dikutip dari laman Science ABC, lapisan atas akan mulai meleh dan melepaskan uap asam serta asap dari hasil pembakaran sampah. Namun, bahkan satu kaleng saja bisa memicu dimulainya ledakan berantai ini dan memicu gejolak di danau lava yang sebelumnya stagnan.
Jadi, jika kemudian membuang banyak sekali sampah ke gunung berapi, bayangkan seberapa destruktif ledakan yang akan diciptakan. Sebagai gambaran, satu batu yang jatuh ke lava gunung berapi Hawaii sudah bisa memicu lava lebih dari 85 meter ke udara. Jika berton-ton sampah maka ledakannya pasti akan lebih dahsyat dan berbahaya.