Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri RI, menyerukan aksi kolektif untuk melindungi hak-hak pembangunan setiap negara dalam pertemuan virtual dengan para anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan) pada tanggal 2 Juni 2023.
Pertemuan ini merupakan bagian dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan pada bulan Agustus ini. Indonesia adalah salah satu dari 14 negara yang diundang.
Momentum ini kemudian mendorong tindak lanjut mengenai kemungkinan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS.
Sejak tahun 2022, BRICS telah menyatakan niat mereka untuk memperluas keanggotaan mereka untuk membuat organisasi ini menjadi lebih inklusif.
Beberapa negara yang telah menyatakan ketertarikannya untuk bergabung antara lain Indonesia, Turki, Arab Saudi, Mesir, dan Argentina.
Telah dilaporkan bahwa diskusi mengenai perluasan keanggotaan akan menjadi salah satu topik yang akan dibahas dalam pertemuan BRICS di bulan Agustus.
BRICS dibentuk pada tahun 2009 oleh lima negara anggotanya, yang menurut Dana Moneter Internasional (IMF), merupakan negara-negara yang berpengaruh di benua masing-masing dan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Kelima negara ini mewakili 40% populasi dunia, 25% ekonomi global, dan 17% perdagangan internasional.
Dalam konteks ekonomi global, BRICS telah melampaui Kelompok 7 (G7), yang terdiri dari negara-negara demokratis maju seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Kanada, Jerman, Prancis, Italia, dan Jepang.
Data IMF menunjukkan bahwa pada tahun 2022, Produk Domestik Bruto (PDB) gabungan negara-negara BRICS akan mencapai US$22,5 triliun (sekitar Rp335.746 triliun), melampaui total PDB G7 yang diperkirakan mencapai US$21,4 triliun pada tahun yang sama.
Negara-negara BRICS kini telah menjadi pemain penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan konteks politik global.
Bagi Indonesia sendiri, memutuskan untuk bergabung dengan BRICS harus melalui berbagai pertimbangan yang tentu saja tidak mudah.
Kecocokan ideologi dan sistem politik, kemampuan ekonomi, serta dampaknya terhadap hubungan Indonesia dengan negara-negara Barat harus dipertimbangkan.
Selain itu, ada beberapa tantangan dan tekanan domestik yang akan dihadapi Indonesia jika bergabung dengan BRICS.