Tak hanya berolahraga dan melakukan aktivitas fisik yang bisa membuat seseorang berkeringat. Rasa cemas dan stres juga bisa membuat seseorang memproduksi keringat lebih banyak.
Hal ini sebenarnya berhubungan dengan respons fight or flight, yaitu respons melawan atau lari. Respons ini terjadi saat sistem saraf simpatik melepaskan hormon termasuk hormon adrenalin yang mengaktifkan kelenjar keringat di tubuh seseorang. Lebih lanjut, pemidaian yang dilakukan pada otak juga memperlihatkan bahwa saat kita mencium adanya keringat dari kepanikan orang lain, bagian otak yang berhubungan dengal sinyal emosional dan sosial juga akan ikut aktif.
Dikutip dari laman Science Focus, hal ini juga berhubungan dengan perilaku manusia saat berevolusi yang membuat otak jadi lebih waspada dan fokus terhadap apapun yang membuat kita cemas. Termasuk menghindar dari predator di zaman purba, atau dari perampok. Sebab saat cemas, otak akan mengirimkan sinyal ke tubuh untuk menghadapi ancaman. Jantung jadi berdegup lebih kencang, darah terpompa lebih cepat, dan suhu internal akan meningkat menyebabkan munculnya keringat.
Uniknya, keringat yang keluar saat stres dan cemas juga berbeda dengan keringat yang kita keluarkan saat merasa kepanasan. Menurut Ivan Ong, Kepala Penelitian dan Pengembangan di Microban, keringat karena cemas bukan hanya air, melain keringat ini akan mengandung asam lemak, steroid, dan protein.