Kue nagasari merupakan salah satu kue khas dari Indonesia yang masih banyak dijajakan di pasar. Naga dan sari merupakan dua suku kata, naga dimaksud sebagai hewan legenda yang terkenal dari cina yang menjadi lambang kehormatan.
Kata sari sendiri artinya isi yang utama dari suatu benda, sehingga terciptalah penggabungan nama nagasari, yaitu isi utama dari sebuah benda yang dianggap terhormat.
Nagasari dipercaya berasal dari daerah Indramayu, Jawa Barat, karena Indramayu dikenal sebagai daerah penghasil beras. Meski kue basah ini berasal dari Indramayu kue nagasari sudah cukup banyak dikonsumsi dan dibuat di daerah lainnya di pulau Jawa bahkan di luar pulau Jawa. Menurut cerita sejarah asal kue nagasari berasal dari Kerajaan Pajang pada paruh pertama abad ke 16.
Seorang pendeta Budha bernama Mahawiku Astapaka dalam perjalanan untuk merayakan waisak di Candi Borobudur, hampir berlabuh di pelabuhan Nusupan atau bandar Semanggi, sang pendeta disambut oleh adipati Hadiwijaya atau Jaka Tingkir yang memintanya untuk mampir dan bermalam di ibukota Pajang sebelum melanjutkan perjalanannya.
Sang pendeta Budha setuju untuk mampir, dan dihidangkan panganan yang terbuat dari tepung beras dengan irisan pisang di dalamnya. Hal ini membuat sang pendeta terkesan dan mengadakan sebuah upacara untuk mendoakan kesejahteraan dan kemakmuran Kerajaan Pajang.
Selain itu sang pendeta juga menanam pohon dewandaru untuk mengenang kedatangannya, kepada tuan rumah dan kebaikan tuan rumah yang sudah menyambutnya panganan yang disuguhkan padanya.
Pendeta tersebut lalu memberi nama nagasari, karena ia melihat tampilan kue basah itu mirip dengan pohon dewandaru. Kue ini dijadikan lambang untuk mendoakan kebaikan dan kemurahan Tuhan agar dijauhkan dari segala macam penyakit.