Saat menghadapi situasi yang dianggap mengancam, wajah biasanya akan berubah jadi pucat. Perubahan warna kulit wajah ini ternyata berhubungan dengan respons fight or flight yang juga berkaitan dengan kerja sistem saraf otonom. Pada dasarnya, tubuh memiliki dua bentuk sistem saraf otonom yang tidak bisa kita kendalikan secara sukarela.
Sistem saraf tersebut masing-masing ialah sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatis. Sistem saraf simpatik akan bertanggung jawab mengatur banyak mekanisme homeostatis atau keadaan tubuh stabil. Tetapi salah satu fungsi paling terkenal adalah respons stres hormonal dan dan juga respons fight or flight dalam tubuh.
Sedangkan saraf simpatik juga akan aktif pada tingkat dasar untuk mempertahankan homeostatis dan juga merangsang respons fight or flight. Lalu, tubuh juga punya dua mode, yaitu mode tenang dan mode bersemangat. Mode tenang akan beroperasi saat seseorang beraktivitas normal. Sedangkan mode yang lain akan bereaksi saat situasi tak bisa diprediksi.
Saat tiba-tiba dihadapkan dengan situasi bahaya, mode akan beralih ke mode bersemangat dan mekanisme distribusi darah akan berubah. Perubahan ini menyebabkan wajah pucat, mulut kering dan tangan menjadi dingin. Hal ini terjadi karena saraf parasimpatis mengalirkan darah ke ekstrimitas luar dan mengurangi suplai darah ke organ yang tidak penting dalam menghadapi ancaman.
Ini yang mengakibatkan wajah tampak pucat saat ketakutan. Selain itu, respons fight or flight juga menyebabkan pelepasan hormon adrenalin. Dikutip dari laman Science ABC, hormon ini akan menyebabkan peningkatan keringat, mulut kering, peningkatan indera penciuman dan menyebabkan kulit pucat.