Mantan juara dunia MotoGP, Casey Stoner, mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya terhadap kondisi balap MotoGP saat ini. Pebalap asal Australia ini menilai terlalu banyak perangkat dan teknologi yang diaplikasikan pada motor para pebalap di era sekarang, bahkan melebihi yang digunakan di balap Formula 1.
Stoner, yang dua kali menjadi juara dunia MotoGP dengan dua tim berbeda, kini berusia 37 tahun dan pensiun dari dunia balap pada usia 27 tahun setelah meraih gelar keduanya bersama Repsol Honda pada tahun 2011.
Komentar Stoner menyoroti kekhawatiran yang berkembang di kalangan penggemar dan pakar industri bahwa olahraga ini telah menjadi terlalu bergantung pada teknologi, bukan pada keterampilan dan kemampuan pembalap itu sendiri.
Ada kekhawatiran bahwa penggunaan perangkat dan sistem yang semakin canggih pada akhirnya akan mengarah pada situasi di mana hasil balapan lebih ditentukan oleh mesin daripada pembalap.
Terlepas dari kekhawatirannya, Stoner tetap optimis dengan masa depan olahraga ini dan percaya bahwa perubahan dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini.
Ia menyarankan agar ada lebih banyak fokus pada pengembangan keterampilan dan kemampuan pembalap, daripada mengandalkan teknologi untuk mengimbangi kekurangan yang ada. Hal ini, menurutnya, tidak hanya akan meningkatkan kualitas balapan, tetapi juga membuatnya lebih menarik dan menarik bagi para penggemar.
“Jika saya bisa membuat beberapa perubahan dalam format balapan. Semua hal yang tak perlu mestinya dihilangkan, tak ada perangkat ketinggian motor, tak ada winglet, tak ada kontrol anti-wheelie, bahkan bila perlu kontrol traksi dikurangi seminimal mungkin,” kata Casey Stoner, dilansir laman Speedweek.
Warisan Stoner sebagai juara dunia dua kali adalah bukti dari keahlian dan bakatnya sebagai pembalap, dan komentarnya merupakan pengingat bahwa elemen manusiawi dari olahraga ini yang membuatnya begitu istimewa.
Ketika MotoGP terus berevolusi dan beradaptasi dengan teknologi dan tantangan baru, penting untuk diingat bahwa para pembalap itu sendiri adalah jantung dan jiwa dari olahraga ini, dan bahwa kemampuan serta bakat mereka harus selalu menjadi yang terdepan dalam diskusi tentang masa depan olahraga ini.