Odeng memiliki cita rasa gurih dan lezat. Bahan dasarnya terbuat dari ikan atau seafood dicampur dengan bumbu-bumbu tertentu sehingga memberikan rasa yang kaya dan enak.
Proses penggorengan atau perebusan kemudian menciptakan tekstur renyah di luar dan lembut di dalam. Odeng atau eomuk dalam bahasa Korea, sangat terkenal di Korea dan menjadi camilan jalanan yang populer.
Sering dijual di gerobak jalanan atau toko-toko kecil di pinggir jalan. Camilan ini bisa dinikmati dalam kondisi hangat yang sangat cocok untuk menghangatkan tubuh pada cuaca dingin.
Asal-usul odeng dapat ditelusuri pada abad ke 19 di Korea. Pada saat itu Korea sedang mengalami modernisasi dan perubahan dalam cara hidup.
Pada akhir Dinasti Joseon, pedagang dari Asia Selatan membawa teknik memasak dan makanan laut yang beragam ke Korea. Di antara makanan laut yang diperkenalkan adalah teknik memasak ikan dan makanan laut dalam adonan.
Odeng awalnya dijual oleh para pedagang jalan dan penjual kaki lima sebagai makanan cepat saji yang praktis dan terjangkau.
Pada awalnya odeng mungkin terbuat dari ikan atau bahan laut lainnya yang digiling dan dicampur dengan bumbu, lalu dimasak dalam adonan tepung. Proses ini membuat makanan tahan lama dan mudah dijual di jalanan atau pasar.
Selama bertahun-tahun, odeng mengalami perkembangan dalam bentuk dan bahan. Meskipun bahan dasarnya masih dari ikan atau seafood yang dicampur tepung dan dibentuk menjadi batang, ada variasi rasa dan bentuk yang berkembang.
Odeng juga sering dimasak dalam kuah kaldu sebagai bagian dari hidangan sup odeng yang populer. Hingga saat ini odeng tetap menjadi camilan yang sangat populer di Korea dan juga telah menyebar ke berbagai negara lain, terutama melalui restoran Korea dan pasar makanan internasional.
Dalam masyarakat Korea, odeng sering disantap sebagai camilan jalanan yang hangat dan menyenangkan dan juga merupakan bagian penting dari hidangan tradisional seperti sup odeng.