Teh pertama kali ditemukan di Tiongkok ribuan tahun yang lalu dan awalnya digunakan sebagai ramuan obat. Legenda mengatakan bahwa Kaisar Shen Nong menemukan teh ketika daun teh terjatuh ke dalam air yang direbus.
Melalui perdagangan dan kontak budaya, teh diperkenalkan ke Jepang, India, dan negara-negara Asia lainnya. Penjelajah Eropa membawa teh kembali ke Eropa pada abad ke-17.
Dengan perkembangan teknik mesin, produksi teh menjadi lebih efisien dan dengan mudah membuatnya lebih terjangkau bagi masyarakat umum. Kualitas teh dan variasi jenis teh berkembang seiring dengan teknologi pemrosesan yang lebih baik.
Di Jepang dan negara-negara Asia, ritual minum teh menjadi bagian penting dari budaya. Di Jepang misalnya, chanoyu atau upacara minum teh menjadi seni budaya yang dihormati. Di Inggris, jam minum teh tradisional menjadi populer dan diwarisi hingga saat ini.
Berbagai metode untuk membuat teh dikembangkan, menghasilkan variasi seperti teh hitam, teh hijau, teh oolong dan teh putih. Tren minuman seperti teh dingin, bubble tea dan berbagai jenis teh boba bermunculan.
Teh menjadi minuman yang diakses secara global, dan banyak merek teh internasional yang terkenal. Produksi teh berkembang di negara seperti Kenya, Sri Lanka, dan Taiwan.
Teh sering dikaitkan dengan manfaat kesehatan, seperti antioksidan dalam teh hijau. Minuman teh herbal dan infus juga semakin populer karena sifat-sifatnya yang alami dan potensi manfaat kesehatan.
Berbagai jenis teh dengan rasa dan aroma yang unik bermunculan, sering dicampur dengan buah-buahan, rempah-rempah dan bahan tambahan lainnya.
Tren penyajian estetis, seperti seni latte dan kreasi penyajian unik di kafe, telah mempopulerkan teh dalam bentuk yang baru. Belum lagi produksi teh organik semakin meningkat setiap tahunnnya.
Teknologi telah memengaruhi produksi dan distribusi teh, termasuk penjualan online dan penggunaan aplikasi mobile. Tren minuman teh siap minum dan kemasan praktis telah memperluas cara konsumsi.