Polusi udara di Jakarta tengah menjadi sorotan lantaran merugikan masyarakat yang tinggal di Jabodetabek. Pasalnya polusi udara berdampak buruk bagi kesehatan warga Jakarta dan sekitarnya. Sayangnya respons pemerintah DKI Jakarta terkesan lambat dalam menangani masalah polusi udara ini. Bahkan beberapa kebijakan yang diambil justru malah membingungkan warga.
Tingginya tingkat polusi udara di Jakarta jika terus bertahan seperti saat ini dan tidak ada solusi yang tepat, maka harapan hidup masyarakat Jakarta diperkirakan akan berkurang selama 2 – 3 tahun. Polusi udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya masih menjadi masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini.
Keberadaan LRT Jabodetabek yang belum lama ini diluncurkan, diharapkan bisa menjadi alternatif solusi mengurangi masalah pousi udara di Jakarta. Pengamat transportasi yang juga Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemeberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI Pusat, Djoko Setijowarno menilai pilihan menggunakan transportasi umum khususnya LRT Jabodetabek merupakan pilihan bijak untuk mengurangi polusi udara di Jakarta.
Djoko berharap kelompok warga menengah ke atas diharapkan mau meninggalkan kendaraan pribadi untuk beralih menggunakan LRT Jabodebek. Sejalan dengan itu, pihak penggelola LRT harus bekerja keras mempersiapkan fasilitas yang aman dan nyaman untuk pengguna jasa LRT.
“Permasalahan kemacetan lalu lintas harus dituntaskan dengan komprehensif dan multi sektoral. Penyelesaiannya harus lintas sektor. Jika tidak dilakukan mulai sekarang, dipastikan Kota Jakarta dan sekitarnya akan terus didera kemacetan lalu lintas yang parah dan pada akhirnya memicu pelambatan ekonomi,” kata Djoko dikonfirmasi, Kamis (7/9/2023).
Djoko menambahkan ada beberapa perbaikan yang mesti menjadi perhatian penggelola LRT Jabodetabek. Adapun beberapa perbaikan itu meliputi, jembatan penyeberangan orang (JPO) yang menghubungkan halaman parkir Taman Anggrek Indonesia Permai, menyelesaikan Kemungkinan kemacetan di Stasiun TMII, Desain pintu dan lainnya.