Putu mayang adalah hidangan yang lezat dan merupakan bagian penting dari warisan kuliner Indonesia, terutama di daerah Jawa, dan telah menjadi ikonik dalam berbagai perayaan dan acara khusus.
Meskipun ada beberapa teori tentang asal-usul nama putu mayang, yang pasti adalah makanan ini telah menjadi bagian penting dari warisan kuliner Indonesia dan Jawa.
Namanya mungkin memiliki akar historis dan kultural yang lebih dalam yang terkait dengan makna dan simbolisme tertentu dalam budaya setempat.
Bentuk benang-benang halus yang terbuat dari campuran tepung beras dan kanji dalam putu mayang mirip dengan mayang, yaitu serat-serat halus dari bunga aren yang dapat terlihat seperti benang atau serat yang berserakan.
Dalam bahasa Jawa, kata “putu” dapat diartikan sebagai “berkumpul” atau “bersatu,” sedangkan “mayang” merujuk pada pohon aren.
Jadi ada kemungkinan bahwa nama ini merujuk pada penyatuan atau perpaduan bahan-bahan yang digunakan dalam hidangan ini, seperti adonan tepung dan sirup gula aren yang menyatu.
Proses pembuatan putu mayang dilakukan dengan teknik khusus. Biasanya adonan ditempatkan dalam cetakan khusus yang memiliki lubang-lubang kecil.
Melalui lubang-lubang ini, adonan ditekan keluar dan terbentuk menjadi benang halus yang mirip seperti mie.
Putu mayang disajikan dengan mencampur benang halus yang sudah direbus dengan sirup gula aren yang manis dan kelapa parut yang diguyur di atasnya. Menciptakan kombinasi rasa yang unik antara manis, gurih, dan lembut.
Meskipun putu mayang memiliki akar di Jawa, sekarang makanan ini populer di seluruh Indonesia. Dapat ditemukan di berbagai pasar tradisional, warung makan, dan toko kue di seluruh negeri.