Membahas tentang jerapah akan selalu menarik karena leher panjangnya. Jerapah yang tingginya bisa mencapai 5,8 meter ini punya leher sepanjang hampir 2 meter.
Umumnya, leher panjang pada jerapah dipahami sebagai sarana untuk hewan khas Benua Afrika ini mencapai makanan di dahan-dahan kayu yang tinggi. Teori penelitian klasik tentang leher jerapah pun seperti itu.
Jerapah berleher pendek akan terseleksi oleh alam dan menyisakan jerapah berleher panjang yang dapat menjangkau makanan di pohon-pohon tinggi. Namun, belakangan muncul studi yang sepenuhnya tidak mendukung argumen awal ini.
Dikutip dari laman Science Alert, sebuah studi mengungkap bahwa leher panjang pada jerapah bukan untuk makan. Studi tersebut justru menemukan bahwa leher panjang digunakan untuk mengatur suhu jerapah.
Argumen ini sebenarnya sudah ada sejak lama, tetapi diteliti kembali oleh seorang ilmuwan dari University of Wyoming, Graham Mitchell. Mitchell menemukan bahwa bentuk tubuh jerapah dengan leher panjang membuat mereka lebih dingin.
Bentuk tubuh jerapah dengan leher panjang dan ramping disebut dengan dolichomorphic. Bentuk tubuh yang dolichomorphic tersebut menyebabkan tubuh jerapah bisa mengurangi proporsi paparan saat kepalanya searah matahari.
Dikutip dari laman Diadona, ada pula fungsi lain dari leher panjang jerapah, yakni sebagai sarana untuk bertarung. Para pejantan jerapah menggunakan ayunan lehernya untuk menyerang jerapah jantan lainnya.
Hal ini terjadi saat musim kawin tiba, para pejantan akan bertarung satu sama lain untuk memperebutkan betina. Jerapah dengan leher terpanjang yang cenderung memenangkan pertarungan sehingga jerapah leher panjang bisa meneruskan keturunan.