in

Fabio Quartararo Akui Salah Strategi di Motegi Jepang

Fabio Quartararo. Foto: MotoGP
Fabio Quartararo. Foto: MotoGP

Fabio Quartararo baru-baru ini mengakui melakukan kesalahan dalam strateginya selama balapan utama di MotoGP Jepang 2023. Meski sudah berusaha sebaik mungkin, ia gagal meraih hasil yang diinginkan, sehingga meninggalkan rasa kecewa. Namun, Quartararo bertekad belajar dari kesalahannya dan akan tampil lebih baik di MotoGP Indonesia 2023 mendatang.

Balapan di sirkuit Twin Ring Motegi, Jepang, berlangsung cukup menantang dengan kondisi cuaca yang terus berubah-ubah. Quartararo memulai balapan dari posisi ke-14, dengan harapan bisa naik ke posisi yang lebih tinggi dan mengamankan podium.

Setelah melihat ke belakang, Quartararo mengakui bahwa keputusannya bukanlah yang terbaik. Ia percaya bahwa ia bisa lebih baik lagi jika ia mengikuti jejak pembalap lain dan beralih ke motor dengan ban basah.

“Saya mencoba bertahan satu putaran lebih lama (dengan ban slick). Anda tahu, saat itu hujan, tapi tidak deras. Ternyata strategi itu salah, tapi saya berjuang untuk posisi 12 atau 13,” kata Quartararo, dilansir laman Monster Energy Yamaha, Selasa (3/10).

Fabio Quartararo memulai balapan MotoGP dengan posisi yang menjanjikan, menunjukkan performa yang kuat di sesi latihan dan kualifikasi. Ia percaya diri dengan kemampuannya dan berharap bisa berjuang untuk naik podium. Namun, semuanya tidak berjalan sesuai rencana karena ia kesulitan menemukan ritmenya pada tahap awal balapan.

Quartararo sempat menempati posisi kedua, tetapi ia segera menyadari bahwa risiko yang diambilnya tidak akan membuahkan hasil. Ia memutuskan untuk mengganti motornya dengan motor kedua di lap ketiga, yang membuatnya kehilangan waktu dan posisi yang sangat berharga. Juara dunia MotoGP ini pun turun kembali ke posisi 14 dan harus berjuang keras untuk finis di posisi 10.

Setelah balapan, Quartararo mengakui bahwa ia telah melakukan kesalahan dalam strateginya. Ia telah meremehkan kesulitan mengelola ban dalam kondisi panas dan lembap, yang menyebabkan ia kehilangan cengkeraman dan kecepatan. Ia juga mengakui bahwa ia terlalu agresif di lap-lap awal, mencoba memperbaiki posisi dengan terlalu cepat dan bukannya menemukan ritme.