Saat merasa terancam, setiap hewan pada umumnya bisa memberi perlawanan. Tidak peduli ukuran tubuhnya kecil atau besar, hewan akan tetap melawan jika terdesak atau merasa dalam ancaman.
Hal ini terjadi pula pada lebah madu. Lebah madu merupakan salah satu jenis serangga terbang yang identik dengan zat manis yang dihasilkannya, yakni madu.
Lebah madu adalah jenis lebah yang tidak agresif sehingga tidak mudah menyerang manusia dan makhluk lain. Lebah jenis ini barulah akan menyerang dengan sengatan saat merasa dirinya tidak nyaman pada kondisi tertentu.
Alat penyengat pada lebah madu terdiri atas jarum menyerupai duri dan dua pisau. Ada pula sebuah kantung yang menjadi tempat menyimpan racun.
Alat penyengat ini baru akan digunakan oleh lebah madu saat ingin membela diri. Lebah madu tidak akan menggunakan alat penyengatnya pada sesuatu yang mereka merasa nyaman di dekatnya.
Namun, lebah madu akan menjadi buas ketika merasa ada ancaman. Saat lebah madu merasa terancam, alat penyengatnya akan berada dalam status siaga.
Jika mendapat kesempatan, lebah madu akan menyengat dengan cara menempelkan alat sengatnya pada kulit sasarannya. Jika sudah menggunakan alat penyengatnya, lebah madu akan mati dan menimbulkan pertanyaan, kenapa?
Ternyata, lebah madu akan melakukan sengatan sekuat-kuatnya tanpa memperhatikan efek sampingnya. Alat sengat lebah madu akan masuk ke kulit sasaran.
Semakin keras kulit sasaran lebah madu, semakin kuat pula cara hewan ini menggunakan alat sengatnya. Jika alat sengat telah digunakan, lebah madu akan kesulitan menarik kembali alat penyengat itu.
Lebah madu akan berusaha sekuat tenaga menarik kembali alat sengatannya, tetapi tetap saja tidak bisa. Bahkan, beberapa bagian tubuhnya juga ikut tidak bisa tertarik jika alat sengatnya terlalu dalam.
Inilah yang menjadi penyebab lebah madu akan mati setelah menyengat. Anggota tubuhnya akan cacat setelah menyengat.