Pebalap legendaris MotoGP sekaligus mantan pebalap Ducati, Casey Stoner, mengungkapkan rasa simpatinya kepada pebalap Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia. Stoner secara terbuka memberikan alasan empati yang ia berikan, dan juga membeberkan beberapa kekurangan mantan timnya tersebut.
Menurut Stoner, Ducati memberikan tekanan yang terlalu besar kepada para pembalapnya saat mereka bersaing satu sama lain, terutama saat team order. Setelah menghabiskan lima musim bersama tim tersebut, Stoner sangat memahami dinamika yang terjadi di dalam tubuh Ducati.
Ia percaya bahwa tekanan seperti ini dapat merusak performa pembalap, yang berujung pada kesalahan dan kurangnya kepercayaan diri di lintasan. Pengalaman Stoner sendiri bersama tim kemungkinan besar telah berkontribusi pada pemahamannya tentang situasi ini.
Walau begitu, kerja sama Stoner dengan Ducati berjalan dengan sukses, karena ia berhasil meraih prestasi yang luar biasa bersama tim. Pada tahun 2007, ia membawa pulang gelar juara untuk pertama kalinya bagi tim pabrikan Borgo Panigale di kelas utama, sebuah pencapaian penting dalam sejarah tim.
Meskipun Stoner telah pensiun dari MotoGP lebih dari satu dekade yang lalu, dia terus memberikan dukungan yang tak tergoyahkan kepada Ducati. Dia sering terlihat di paddock selama berbagai balapan sepanjang musim, menunjukkan kesetiaannya kepada tim dan kecintaannya pada olahraga ini.
Namun, tampaknya Stoner memiliki beberapa pandangan negatif tentang mantan timnya tersebut. Ia telah menyatakan pendapatnya bahwa manajemen Ducati bisa menjadi sangat keras ketika salah satu pembalap pabrikan mereka bersaing dalam kejuaraan, terutama ketika ada team order.
Stoner juga menyatakan simpatinya kepada bintang Ducati Lenovo saat ini, Francesco Bagnaia, yang baru-baru ini memenangkan kejuaraan MotoGP 2022. Banyak pihak yang mengatakan bahwa kemenangan Bagnaia mungkin dibantu oleh team order, karena tujuh pembalap Ducati lainnya diinstruksikan untuk membantunya meraih kemenangan.
Padahal, Stoner yakin bahwa Pecco sapaan akrab Bagnaia tidak menginginkan hal tersebut.
“Saat mereka (petinggi Ducati) melakukan team order, itu tidak hanya sekadar meminta rekan satu tim, Mereka mengendalikan seluruh pabrikan. Saya tak suka melihat itu, dan saya tahu Pecco pasti tidak menginginkannya. Kasihan sekali Pecco,” kata Stoner, dilansir laman Motosan, Rabu (8/11/).
Stoner pun menilai perilaku buruk tim Ducati terhadap para pembalapnya, yang membuat mereka kesulitan meraih gelar juara. Tim ini telah berjuang dengan paceklik gelar selama 15 tahun, meskipun memiliki motor pemenang selama beberapa tahun sebelumnya.
Menurut Stoner, perlakuan buruk tim Ducati terhadap para pembalapnya telah menyebabkan kurangnya motivasi dan kepercayaan, yang pada akhirnya menghambat performa mereka di lintasan. Perilaku ini telah menjadi masalah yang sudah berlangsung lama di dalam tim, dan Stoner percaya bahwa sudah saatnya ada perubahan dalam kepemimpinan dan budaya.