in

Valentino Rossi dan Casey Stoner Hampir Jadi Rekan Satu Tim Namun Gagal Karena Ini

Valentino Rossi, MotoGP Spielberg, Austria 2019. Foto: MotoGP.

Karena masalah garasi, Valentino Rossi dan Casey Stoner gagal menjadi rekan setim di Yamaha sebelum gelaran MotoGP 2007. Saat itu, Valentino Rossi masih dalam performa puncaknya bersama Yamaha, sedangkan Casey Stoner masih berstatus rookie yang baru merasakan atmosfer MotoGP selama satu musim sejak debutnya di tahun 2006.

Menjelang musim 2007, Yamaha rupanya mencoba membujuk Casey Stoner untuk menjadi rekan setim The Doctor di Yamaha. Mendengar tawaran tersebut, Casey Stoner dan ayahnya, Colin Stoner, merasa sangat senang. Namun, sebelum menandatangani kontrak, Stoner dan ayahnya mengajukan beberapa permintaan. Salah satunya adalah berada di garasi yang sama dengan Valentino Rossi.

Garasi merupakan faktor krusial bagi Stoner dan ayahnya. Mereka percaya bahwa dengan berada di garasi yang sama dengan Valentino Rossi, Stoner akan memiliki kesempatan untuk belajar dari salah satu pembalap terbaik dalam sejarah MotoGP. Ayah Stoner bahkan mengatakan bahwa Rossi adalah “guru terbaik” bagi anaknya.

Sayangnya, Yamaha tidak bisa memenuhi permintaan Stoner. Garasi tersebut sudah ditempati oleh kru Valentino Rossi, dan mereka tidak bisa menampung pembalap lain beserta timnya. Akibatnya, Casey Stoner memutuskan untuk bergabung dengan Ducati, di mana ia akan menjadi pembalap utama mereka dan akhirnya memenangkan kejuaraan MotoGP pada tahun 2007.

“Sebelum memutuskan ke Ducati, saya sudah banyak diskusi dengan Yamaha. Kami sebenarnya sudah mengambil keputusan untuk ke Yamaha. Kala itu, ada beberapa permintaan yang kami ajukan, salah satunya ingin menjadi bagian yaitu dengan garasi yang sama bersama Valentino Rossi. Namun kami ditolak,” lanjutnya.

Setelah syaratnya ditolak, Casey Stoner dan ayahnya segera membatalkan rencana kontrak tersebut. Mereka tahu bahwa mereka memiliki bakat dan tekad untuk sukses di dunia balap motor, dan mereka bertekad untuk menemukan tim yang menghargai dan mengapresiasi kemampuan mereka.

Tanpa membuang waktu, Casey dan ayahnya pergi ke Ducati, tim yang juga tertarik untuk merekrut pembalap berbakat asal Australia tersebut. Mereka berharap kali ini, mereka bisa mencapai kesepakatan dan mewujudkan impian mereka. Saat mereka masuk ke kantor pusat Ducati, mereka disambut oleh tim eksekutif yang sangat antusias untuk bertemu dengan mereka.