Selama pandemi COVID-19, penggunaan pertemuan virtual atau percakapan video telah menjadi kebiasaan sehari-hari bagi banyak orang, baik untuk keperluan sekolah, pekerjaan, maupun kontak sosial. Meskipun Perubahan gaya hidup tersebut masih terbawa di kehidupan yang sekarang dan prakteknya lebih sederhana. Akan tetapi ternyata pertemuan virtual justru dapat membuat merasa lebih lelah dibandingkan sebelumnya.
Menurut laporan dari Psychology Today, pertemuan virtual tidak hanya membosankan kerja otak, tetapi juga menimbulkan dilema bagi banyak individu. Meskipun secara praktis, rapat virtual hanya memerlukan koneksi video konferensi, namun kenyataannya, hal ini dapat menjadi sumber kelelahan mental yang signifikan.
Mengapa virtual meeting menjadi beban kerja otak?
1. Kehilangan komunikasi nonverbal
Pentingnya komunikasi non-verbal dalam pertemuan tatap muka tidak dapat diabaikan. Ekspresi wajah, intonasi suara, gerak tubuh, semuanya menyampaikan perasaan dan sikap. Dalam pertemuan virtual, isyarat non-verbal membutuhkan usaha lebih, yang dapat menguras energi peserta. Kesibukan dalam menangkap isyarat ini membuat otak bekerja lebih keras, menyebabkan kelelahan yang tidak terjadi dalam pertemuan tatap muka.
2. Gangguan-gangguan lain
Berada di dalam rumah selama pertemuan virtual membuka pintu bagi berbagai gangguan, seperti suara kendaraan, anak-anak bermain, atau bahkan bunyi panci jatuh. Gangguan ini dapat memecah konsentrasi peserta dan mempengaruhi kualitas pertemuan. Selain itu, gangguan koneksi juga dapat menyebabkan henti sejenak, frustrasi dan potensi timbulnya salah paham antar peserta.
3. Tidak ada “Istirahat”
Ketidakmungkinan untuk memiliki istirahat selama pertemuan virtual dapat mempengaruhi kesejahteraan peserta. Istirahat selama pertemuan tatap muka dapat membantu menyegarkan pikiran dan mempertahankan fokus. Sayangnya, pertemuan virtual tidak memberikan kesempatan untuk “break,” membuat percakapan terus berlanjut tanpa ada waktu untuk merilekskan pikiran.
4. Menatap wajah sendiri membuat stres
Salah satu tantangan psikologis dari pertemuan virtual adalah menatap wajah sendiri. Ini bisa menciptakan tekanan tambahan, terutama ketika mencoba mempertahankan ekspresi wajah yang terlihat ceria meski mungkin merasa bosan. Pemandangan ini dapat menjadi sumber stres tambahan selama pertemuan.
Alternatif
Sebagai solusi untuk mengatasi dilema pertemuan virtual, sejumlah ahli merekomendasikan opsi alternatif, yaitu bertelepon. Pertimbangkan apakah topik yang akan dibahas memerlukan pertemuan tatap muka atau cukup efektif melalui komunikasi suara. Dengan memilih dengan bijak, kita dapat mengurangi beban kerja otak yang terjadi selama pertemuan virtual.