Perasaan manusia terhadap berapa lama waktu yang berlalu ternyata memiliki sifat subjektif, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suasana hati, kegiatan yang dilakukan, dan bias sekitar. Salah satu fenomena menarik terkait perasaan waktu ini dikenal sebagai Efek Kappa dalam ilmu psikologi dan neurosains.
Efek perjalanan pulang-pergi menciptakan sensasi di mana perjalanan pulang terasa lebih cepat dibandingkan dengan pergi. Fenomena ini khususnya terjadi ketika seseorang berpergian ke tempat yang belum begitu dikenal.
Menurut The Washington Post, para psikolog memiliki beberapa teori untuk menjelaskan fenomena ini. Salah satu alasan utamanya adalah karena efek perjalanan pulang-pergi terkait erat dengan cara kita memperhatikan waktu itu sendiri. Saat seseorang fokus pada waktu berlalunya, seperti saat terlambat, waktu terasa lebih lama karena terus memeriksa jam tangan atau ponsel. Sebaliknya, saat terganggu oleh hal-hal menarik, waktu terasa berlalu dengan cepat.
Konsep ini bertujuan pada gagasan bahwa kesadaran terhadap waktu dan situasi saat ini dapat mempengaruhi persepsi kita tentang waktu, sehingga terasa lebih lama atau lebih cepat. Rasa familiar juga menjadi faktor signifikan. Saat menuju tempat yang belum dikenal, proses pergi terasa lebih lama, sementara waktu pulang terasa lebih cepat karena kita sudah mengenali berbagai landmark.
Meskipun penelitian mengenai fenomena ini terus berlanjut, dapat disimpulkan bahwa perasaan bahwa perjalanan pulang lebih cepat melibatkan kombinasi berbagai faktor. Meskipun mungkin masih ada alasan lain yang belum terungkap oleh para psikolog, penelitian saat ini mengklarifikasi bahwa pengalaman waktu bersifat subjektif, dan konsep waktu dapat meregang atau menyusut sesuai dengan pengalaman individu.