Penjualan mobil listrik di Amerika Serikat (AS) nampaknya masih jauh di bawah ekspektasi para produsen, terutama Tesla. Setelah sempat merajai pasar kendaraan listrik, pangsa pasar Tesla di AS perlahan mengalami penurunan dari 62% di awal tahun 2023 menjadi 50% saat ini.
Jumlah pembeli mobil Tesla pada kuartal ketiga mengalami penurunan yang tentunya berdampak pada penurunan pendapatan, dengan keuntungan yang semula 25,1% turun menjadi 17,9% pada kuartal ketiga. Elon Musk, pendiri Tesla, kemudian mengambil strategi jangka pendek dengan memangkas harga. Langkah ini disebut sebagai strategi desperate market-setting.
Pada tahun lalu, Tesla telah memangkas harga rata-rata modelnya sekitar 25%. Sebagai contoh, Model 3 turun dari $48.000 (Rp740 juta) menjadi $44.380 (Rp685 juta), sementara Model S turun dari $130.000 (Rp2 miliar) menjadi $96.380 (Rp1,4 miliar).
Namun, menarik untuk dicatat bahwa perkembangan pasar mobil listrik atau transisi dari mobil konvensional tidak semulus yang diharapkan oleh para produsen. Ada dua alasan utama mengapa permintaan konsumen terhadap mobil listrik atau EV tidak signifikan di Amerika Serikat. Pertama, adopsi teknologi baru belum merata, artinya butuh waktu yang cukup lama untuk menjual teknologi inovatif yang memukau konsumen. Kedua, hal ini tidak lepas dari ekonomi global yang melambat.
Terlepas dari tantangan-tantangan ini, masa depan pasar mobil listrik tampaknya menjanjikan. Seiring dengan perkembangan teknologi dan harga yang semakin terjangkau, kemungkinan akan semakin banyak konsumen yang tertarik untuk membeli mobil listrik. Selain itu, karena semakin banyak negara dan kota yang mengadopsi kebijakan untuk mengurangi emisi karbon, permintaan mobil listrik kemungkinan akan meningkat. Oleh karena itu, produsen harus terus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kinerja dan keterjangkauan mobil listrik.
Dunia menjadi semakin sensitif terhadap harga, dan tren ini terutama terlihat di industri otomotif. Meskipun harga rata-rata mobil listrik turun sebesar 20%, harga mobil listrik masih tetap lebih mahal daripada kendaraan konvensional atau mobil ICE (Internal Combustion Engine). Ketertinggalan harga ini membuat mobil listrik sulit untuk mendapatkan penerimaan yang lebih luas di kalangan konsumen.
Namun, produsen mobil besar di seluruh dunia, termasuk Ford, GM, BMW, Mercedes, Toyota, Honda, dan lainnya, telah menanggapi tantangan kendaraan listrik. Perusahaan-perusahaan ini telah proaktif dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi baru untuk membuat mobil listrik lebih terjangkau dan dapat diakses oleh konsumen. Mereka juga terus memproduksi mobil ICE untuk memenuhi kebutuhan pelanggan mereka.
Salah satu tantangan paling signifikan di pasar mobil listrik adalah tingginya biaya baterai lithium-ion, yang merupakan komponen penting dari kendaraan listrik. Untuk mengatasi tantangan ini, produsen mobil berinvestasi besar-besaran dalam penelitian dan pengembangan baterai, mengeksplorasi kimia baterai baru, dan meningkatkan proses manufaktur untuk mengurangi biaya. Hasilnya, kita melihat penurunan harga baterai secara bertahap, yang membuat kendaraan listrik lebih terjangkau bagi konsumen.