in

Planet Mars Sering Disebut Planet Mati, Apakah Bisa Hidup di Sana?

Ilustrasi Mars. Foto: Freepik

Planet Mars, yang dikenal sebagai Planet Merah, sering dikaitkan dengan warna merah tua yang mencolok di langit. Namun, di balik julukan tersebut, Mars juga diberi sebutan lain, yaitu “Planet Mati.”

Dilaporkan dari Science ABC pada Kamis (21/9/2023), sebutan “Planet Mati” diperoleh karena lingkungan yang keras dan tidak ramah di Mars. Pertanyaan muncul, mengapa Mars dianggap begitu tidak bernyawa dan tidak layak untuk dihuni?

Salah satu alasan utama adalah atmosfer Mars yang lebih tipis dibandingkan dengan Bumi. Atmosfer planet ini hampir 100 kali lebih tipis, menyebabkan kekurangan oksigen, nitrogen, dan gas penting lainnya. ini memungkinkan sinar kosmik menembus permukaan dengan bebas.

Kurangnya atmosfer yang mampu membuat kehidupan di Planet Mars sulit dibayangkan. Radiasi matahari dan ruang angkasa yang berbahaya dapat terus menerus merusak planet ini. Selain itu, efek rumah kaca yang lemah menyebabkan suhu ekstrem, menjadikan Mars tidak cocok untuk mendukung kehidupan. Meskipun demikian, harapan tetap ada karena ilmuwan dan insinyur sedang berusaha keras untuk mengatasi kendala ini.

Salah satu solusi yang diusulkan adalah terraforming, yaitu proses mengubah lingkungan planet. Terdapat bukti adanya bahan organik di permukaan Mars, menunjukkan bahwa planet ini mungkin pernah mengandung senyawa berbasis karbon. Dengan menggunakan gas, molekul, dan bahan organik di atmosfer, serta dengan menggunakan kendaraan penjelajahan di Mars, para ilmuwan berharap dapat mengubah atmosfer dan melepaskan udara dengan mencairkannya.

Namun, masih ada masalah lain yang harus diatasi untuk menjadikan Mars layak huni, yaitu ketersediaan udara. Meskipun ahli astrobiologi memastikan bahwa Mars dahulu memiliki lautan dan sungai, kini airnya sebagian besar berbentuk es di lapisan es kutub dan di bawah tanah.

Baru-baru ini, NASA mengkonfirmasi adanya air cair di bawah permukaan Mars berdasarkan temuan MRO NASA. Spektrometer digunakan untuk melihat jejak garam di beberapa lokasi, dan ini membuka peluang baru. Meskipun udara tersebut terbukti mengandung mineral terhidrasi, yang disebut perklorat, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami apakah Mars dapat menjadi tempat yang layak untuk dihuni di masa depan.