Saat malam tiba, lampu sorot seringkali menjadi daya tarik utama dalam event besar seperti pameran atau festival. Tujuannya, jelas menarik perhatian penonton sebanyak mungkin.
Namun, muncul pertanyaan menarik, apakah benar lampu sorot memiliki kemampuan untuk memecah dan memanaskan awan, bahkan sampai membuat hujan batal turun? Mari kita teliti lebih lanjut.
Definisi dan fungsi lampu sorot
Menurut Britannica, lampu sorot merupakan sumber cahaya intensitas tinggi dengan reflektor untuk memusatkan sinar. Lampu ini, yang dapat diputar ke segala arah, dikembangkan pada akhir abad ke-19 dan memiliki berbagai penggunaan, mulai dari operasi militer hingga acara promosi, serta kegiatan pencarian dan penyelamatan.
Keterbatasan jarak lampu sorot
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa lampu sorot, meski memiliki kegunaan yang luas, tidak memiliki kemampuan untuk memecah awan penghasil hujan atau memanaskan mereka. Hal ini disebabkan oleh jarak yang terlalu jauh antara lampu sorot dan awan.
Contoh yang diungkapkan oleh BMKG menggambarkan bahwa jika lampu sorot memiliki suhu 100 derajat Celsius, pada jarak 2,8 meter, suhunya akan mendekati 0 derajat Celsius. Bahkan jika panasnya mencapai 200 derajat Celsius, suhunya pada jarak 4,5 meter hanya akan menjadi 0 derajat Celsius. Sebagai perbandingan, awan paling rendah berada di ketinggian dua kilometer dari permukaan bumi.
Dengan penjelasan dari BMKG tersebut, dapat disimpulkan bahwa lampu sorot, sejauh ini, tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap cuaca atau kondisi awan. Meskipun digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk menarik perhatian pada event malam hari, lampu sorot belum dapat dianggap sebagai alat yang mampu memanipulasi cuaca. Jadi, apakah lampu sorot bisa memecah dan memanaskan awan? Jawabannya masih terdapat pada ranah mitos.