in

Mengungkap 5 Efek Buruk dari “Self Diagnose” yang Perlu Diwaspadai

Ilustrasi. Foto: Freepik

Di era informasi digital, akses cepat terhadap berbagai informasi dapat menjadi pedang bermata dua. Meski memudahkan kita dalam mencari informasi, namun dapat pula menimbulkan dampak negatif, terutama saat seseorang tergoda untuk melakukan “self diagnose” terkait kondisi kesehatan. Berikut adalah lima efek buruk yang perlu diwaspadai ketika seseorang melakukan self-diagnose.

Menimbulkan kepanikan yang tidak perlu

Melalui pencarian sederhana di mesin pencari, kita dapat dengan cepat menemukan informasi tentang gejala kesehatan. Namun, self-diagnose dapat memicu kepanikan yang tidak seharusnya terjadi. Psikolog profesional, seperti yang diungkapkan oleh Prita Yuliani Maharani dari Riliv, dapat memberikan penjelasan yang baik tanpa menimbulkan kecemasan yang berlebihan.

Memperparah kesehatan mental

Salah satu risiko self-diagnose adalah potensi memperburuk kondisi kesehatan mental. Kecemasan dan ketakutan yang timbul dapat menghambat penanganan yang seharusnya dilakukan oleh ahli. Setiap masalah kesehatan mental memerlukan pendekatan yang spesifik, yang mungkin tidak dapat ditemukan melalui self-diagnose.

Mengabaikan penyakit atau gangguan sebenarnya

Self-diagnose dapat mengakibatkan ketidakpahaman terhadap jenis penyakit atau gangguan kesehatan mental yang sebenarnya sedang dialami. Menebak-nebak tanpa dasar pengetahuan yang memadai dapat menghambat proses pengobatan yang tepat.

Menyangkal kondisi kesehatan mental yang sebenarnya

Terkadang, seseorang dapat cenderung menyangkal atau meremehkan masalah kesehatan mental yang sebenarnya serius. Hal ini bisa menjadi hambatan dalam mendapatkan penanganan yang diperlukan sejak dini.

Enggan berkonsultasi dengan ahli

Setelah melakukan pencarian daring terkait gejala kesehatan mental, beberapa orang mungkin merasa cukup yakin untuk tidak berkonsultasi dengan ahli. Kepercayaan berlebihan pada informasi dari internet dapat menciptakan ketidakmampuan untuk melihat pentingnya peran psikolog atau psikiater dalam memberikan bantuan profesional.

Penting untuk diingat bahwa meskipun informasi secara online dapat menjadi sumber pengetahuan yang baik, konsultasi langsung dengan ahli tetaplah penting untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang akurat. Jangan biarkan self-diagnose menggantikan peran profesional kesehatan mental.