Biaya hidup di Jakarta mencapai Rp14,9 juta per bulan, menurut Data Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Jakarta disebut sebagai kota dengan biaya hidup tertinggi di Indonesia. Survei ini mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga di daerah perkotaan dan pedesaan, melibatkan 90 kota, dan memperhitungkan aspek konsumsi seperti makanan, minuman, bensin, hingga pulsa handphone.
Dibandingkan dengan tahun 2018, SBH mencatat kenaikan biaya hidup di Jakarta dari Rp13,8 juta. Faktor-faktor seperti belanja makanan dan minuman di restoran, informasi, komunikasi, jasa keuangan, dan pendidikan mempengaruhi tingginya biaya hidup di kota ini.
Pengeluaran tinggi, bagaimana tetap bisa menabung?
Penduduk Jakarta yang mengalami tekanan keuangan dengan pengeluaran mencapai Rp15 juta per bulan dihadapkan pada tantangan menabung. Bagaimana caranya agar tetap bisa menyisihkan sebagian penghasilan dan menabung di tengah tingginya biaya hidup?
- Batasi pengeluaran gaya hidup dan hiburan
Menjaga gaya hidup sederhana dapat membantu mengontrol pengeluaran bulanan. Semakin tinggi gaya hidup, semakin sulit menyisihkan uang untuk menabung. Pengeluaran yang berkaitan dengan hiburan juga perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.
- Alokasikan minimal 10% untuk menabung
Jika terdapat tekanan keuangan, alokasikan minimal 10% dari penghasilan bulanan untuk menabung atau berinvestasi. Metode “pay yourself first” memprioritaskan alokasi uang untuk menabung dan investasi sebelum digunakan untuk kebutuhan hidup.
- Prioritaskan pengeluaran yang penting
Fokus pada pengeluaran yang menjadi prioritas, dan jika diperlukan, pertimbangkan untuk mencari penghasilan sampingan atau pekerjaan tambahan guna meningkatkan pendapatan bulanan.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, diharapkan warga Jakarta dapat tetap menabung meskipun dihadapkan pada biaya hidup yang tinggi.