Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali terpesona oleh kecepatan dan kompleksitas pikiran serta respons tubuh kita terhadap rangsangan.
Ternyata, di balik keajaiban tersebut, terdapat proses yang sangat kompleks dan menarik dalam cara sel-sel otak kita mengirim pesan. Bagaimana, sebenarnya, sel-sel otak melakukan tugas luar biasa ini?
Proses sel-sel otak mengirimkan pesan
Menurut Live Science, langkah pertama dalam proses penyampaian pesan oleh sel otak adalah melalui potensial aksi atau gelombang listrik yang dipicu di sel saraf atau neuron. Neuron tersebar di otak, sumsum tulang belakang, dan seluruh tubuh, mengirimkan pesan dengan cara yang konsisten.
Ketika kita memerhatikan sesuatu, seperti suara khusus, reseptor di organ indera kita mengaktifkan sel-sel saraf yang menuju ke otak. Terowongan kecil di membran neuron terbuka, memungkinkan partikel bermuatan positif memasuki sel. Sinyal listrik ini bergerak melalui membran sel ke dalam akson, struktur panjang yang menonjol dari badan sel. Akson ini berkomunikasi dengan akson sel saraf berikutnya melalui sinapsis, celah khusus yang memungkinkan pelepasan neurotransmiter.
Pada saat impuls listrik mencapai ujung akson, neuron melepaskan neurotransmiter ke sinapsis. Bahan kimia ini menempel pada reseptor di neuron berikutnya, dan jika reseptor yang cukup diaktifkan, neuron penerima menghasilkan potensial aksinya sendiri, meneruskan pesan ke neuron lain dalam jaringan.
Namun, sel otak tidak hanya mengandalkan neurotransmiter untuk berkomunikasi. Profesor Neurofisiologi Mike Ludwig dari Edinburgh University, Inggris, menyatakan bahwa sel otak juga dapat menyampaikan “pesan publik” melalui pelepasan neuropeptida, fragmen protein kecil. Neuropeptida ini menyusuri otak, berikatan dengan reseptor di daerah yang jauh dari pelepasan, menciptakan komunikasi yang lebih lambat namun memiliki efek yang lebih luas.
Studi pada hewan menunjukkan bahwa distribusi reseptor neuropeptida memainkan peran kunci dalam perilaku. Sebagai contoh, hormon sosial oksitosin, dilepaskan saat kawin pada tikus padang rumput, memengaruhi pembentukan ikatan monogami. Pada manusia, hormon ini juga terlibat dalam keterikatan ibu dengan bayinya. Begitu pula, hormon perangsang alpha-melanosit (alpha-MSH) dapat mengontrol nafsu makan dan hasrat seksual.
Jadi, rupanya, sel otak tidak hanya menjadi pengirim pesan, tetapi juga pemain kunci dalam mengatur pikiran, emosi, dan bahkan perilaku kita. Sebuah misteri yang semakin terkuak tentang keajaiban komunikasi di dalam otak manusia.