Kafein merupakan senyawa stimulan yang biasa ditemukan dalam berbagai makanan dan minuman seperti teh, kopi, dan cokelat. Senyawa ini punya berbagai fungsi, termasuk meningkatkan mood, energi hingga mengurangi sakit kepala. Memang, zat stimulan ini diakui mampu meredakan sakit kepala.
Perlu diketahui, saat sakit kepala, pembuluh darah akan membengkak dan mengencang serta mengalami perubahan lain yang meningkatkan aliran darah ke otak. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya tekanan aliran darah di sekitar syaraf yang berujung pengiriman pesan rasa sakit ke otak. Hasilnya, muncul sakit kepala.
Kafein, di sisi lain bersifat vasokonstriksi, yang artinya ia bisa mempersempit pembuluh darah untuk membatasi aliran darah. Mengutip laman Mayo Clinic, hal ini bisa mengurangi rasa sakit kepala. Lebih lanjut, saat kafein dikonsumsi bersama beberapa jenis obat pereda nyeri seperti aspirin, ibuprofen, atau asetaminofen, zat ini akan membantu meningkatkan penyerapan obat serta kekuatan obat. Hasilnya, obat bisa bekerja lebih baik dalam meredakan nyeri.
Meski bisa membantu meredakan sakit kepala, kafein juga bisa memicu sakit kepala. Hal ini bisa terjadi jika kafein dikonsumsi secara teratur hingga menyebabkan adiksi atau kecanduan. Ketika dikonsumsi secara teratur, kafein akan mempersempit pembuluh darah yang mengelilingi otak, dan ketika dihentikan tiba-tiba, pembuluh darah akan membesar.
Penghentian konsumsi kafein kemudian akan meningkatkan aliran darah di sekitar otak beserta tekakan di saraf, yang memicu sakit kepala. Kondisi ini bisa disebut sebagai caffein withdrawal, kondisi saat tubuh memerlukan waktu beberapa saat untuk menyesuaikan diri dengan tidak adanya kafein.