Andrea Dovizioso, mantan pembalap MotoGP asal Italia, tahu secara langsung bagaimana sulitnya berkompetisi di kelas utama dunia Grand Prix. Tekanan yang muncul dari olahraga ini bisa sangat besar dan melelahkan secara mental.
Kelas MotoGP adalah yang paling menuntut, karena seorang pembalap harus mendorong diri mereka sendiri hingga ke batas kemampuan mereka dalam setiap upaya.
Dovizioso menggambarkan MotoGP sebagai “penuh tuntutan” dan “penuh tekanan”, baik ketika seorang pembalap menang atau kalah. Olahraga ini membutuhkan tingkat kebugaran fisik dan mental yang tinggi, karena para pembalap harus mampu bertahan dalam kondisi yang melelahkan di lintasan balap sambil mempertahankan fokus dan konsentrasi mereka.
Kompetisi yang ketat di MotoGP adalah hal yang membedakannya dengan olahraga motor lainnya, karena para pembalap harus terus berusaha untuk meningkatkan keterampilan dan teknik mereka untuk tetap menjadi yang terdepan dalam persaingan.
Memenangkan balapan adalah perasaan yang tiada duanya. Adrenalin yang terpacu, rasa pencapaian, dan kebanggaan saat berdiri di atas podium adalah emosi yang didambakan oleh para pembalap. Namun, bahkan di tengah-tengah kemenangan, stres dan tekanan untuk berkompetisi di level tertinggi bisa sangat besar. Andrea Dovizioso, mantan pembalap MotoGP, sangat memahami perasaan ini.
Dovizioso sudah tidak asing lagi dengan kesuksesan. Sepanjang kariernya, ia telah memenangkan 15 balapan MotoGP dan tiga kali menjadi runner-up kejuaraan. Namun, dengan kesuksesan datang ekspektasi, dan tekanan untuk tampil di level yang tinggi bisa berdampak buruk bahkan bagi pembalap yang paling berpengalaman sekalipun.