Beberapa hewan dilengkapi dengan kemampuan istimewa untuk melindungi diri atau menaklukkan mangsa, yang sering kali melibatkan penggunaan racun atau bisa.
Meskipun banyak yang menganggap kedua istilah ini serupa, pada kenyataannya, terdapat perbedaan yang signifikan di antara keduanya. Yuk, simak pembahasan mendalam mengenai apa yang membedakan hewan berbisa dan beracun!
Perbedaan mendasar antara hewan berbisa dan beracun
Menurut National Geographic, hewan berbisa dan beracun menggunakan racun untuk melindungi diri atau menaklukkan mangsa. Namun, perbedaan terletak pada cara racun atau bisa itu disebarkan.
Hewan berbisa, seperti tawon, mengirimkan racunnya melalui taring, penyengat, atau tulang belakang saat melukai mangsa atau ancaman. Sebaliknya, hewan beracun melepaskan racunnya secara pasif, terutama melalui kulit, dan biasanya hanya saat makhluk lain menyentuh atau menelannya.
Kehidupan hewan beracun
David Nelsen, seorang ahli biologi di Southern Adventist University, menjelaskan bahwa hewan beracun umumnya menggunakan racun secara defensif untuk menghindari ancaman predator.
Racun ini melewati sistem pencernaan melalui luka pada tubuh. Misalnya, ikan buntal memiliki neurotoksin yang sangat mematikan di kulit dan organ mereka, diakuisisi dari bakteri laut. Ada pula hewan beracun yang mengambil racun dari lingkungan sekitarnya, seperti ulat kupu-kupu raja yang memakan tanaman milkweed beracun.
Cara hewan mengeluarkan racun
Metode yang digunakan oleh hewan berbisa untuk mengeluarkan racun bervariasi. Laba-laba dan ular, misalnya, menggunakan taring berlubang yang dapat mematikan sistem saraf dan peredaran darah mangsanya. Beberapa kadal memiliki air liur berbisa, sementara keong laut kerucut menggunakan gigi modifikasi sebagai tombak berbisa. Hewan berbisa lainnya menyuntikkan racun melalui sengatan atau tulang belakang, seperti ikan batu atau katak Greening.
Hewan beracun dan berbisa secara bersamaan
Dalam kasus yang jarang terjadi, beberapa hewan dapat memiliki sifat berbisa dan beracun secara bersamaan. Sebagai contoh, ular kobra menggigit mangsa dan menyemprotkan racun melalui pori-pori di taringnya, menjadikannya hewan yang tidak hanya berbisa tetapi juga beracun.
Beberapa ular di Asia Tenggara bahkan memiliki gigitan berbisa dan dapat memakan kodok beracun, mengakuisisi racun amfibi tersebut dan melepaskannya melalui kelenjar leher mereka.
Dengan demikian, perbedaan dan kesamaan antara hewan berbisa dan beracun memberikan wawasan menarik mengenai berbagai strategi yang diterapkan oleh makhluk-makhluk ini dalam menjaga diri dan bertahan hidup.