Beberapa waktu lalu, cuitan dari akun Twitter Pak Win (@AsahPolaPikir) menarik perhatian banyak netizen. Cuitan tersebut membahas nasib uang tabungan senilai Rp 100 miliar jika pemiliknya meninggal dunia tanpa memiliki keluarga yang dapat mewarisi. Pertanyaan mendasar muncul, apakah uang tersebut akan jatuh ke tangan bank?
Pertanyaan ini segera menjadi viral, dengan lebih dari 1.000 retweet dan 10 ribu suka. Netizen pun bertanya-tanya, bagaimana caranya memeriksa apakah seseorang meninggalkan uang untuk ahli waris dan bagaimana hukumnya.
Dalam pertanyaan menjawab ini, meskipun seseorang merasa sebagai seorang diri yang tidak memiliki keluarga, Kode Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) mengakui bahwa orang yang memiliki hubungan darah dapat dianggap berhak atas warisan tersebut.
Pasal 832 KUH Perdata menyatakan bahwa pewarisan hanya terjadi setelah kematian, dan prinsip pewarisan didasarkan pada hubungan darah. Ahli waris yang memiliki hak adalah para keluarga sedarah, baik sah maupun di luar nikah, dan suami atau istri yang hidup terlama, sesuai dengan Pasal 832 KUH Perdata.
Pasal 852 KUH Perdata menetapkan empat golongan ahli waris, yang terdiri dari suami/istri dan anak/keturunannya (Golongan I), orang tua dan saudara kandung (Golongan II), keluarga dalam garis lurus ke atas (Golongan III), dan paman, bibi , saudara kakek/nenek, dan keturunannya (Golongan IV). Urutan golongan ini menentukan siapa yang berhak menerima warisan pertama kali.
Namun, jika tidak ada ahli waris yang dapat membuktikan hubungan darah dengan pewaris, tabungan tersebut dapat menjadi harta terbengkalai. Pasal 1127 KUH Perdata menetapkan bahwa Balai Harta Peninggalan bertanggung jawab untuk mengurus harta tak terurus tersebut. Jika dalam waktu tiga tahun tidak ada ahli waris yang muncul, harta tersebut dapat diserahkan kepada negara.
Misteri tabungan senilai Rp 100 miliar ini membuka pandangan kita pada kompleksitas pewarisan dan hak ahli waris dalam hukum perdata. Semua ini menjadi pertimbangan penting bagi setiap individu yang mungkin berpikir untuk mengatur masa depan keuangan mereka tanpa keluarga.