in

5 Fakta Gregoria Mariska, Masa Depan Tunggal Putri Indonesia

Gregoria Mariska Tunjung (PBSI)

Gregoria Mariska Tunjung Cahyaningsih adalah seorang atlet bulu tangkis tunggal putri Indonesia yang lahir di Wonogiri, Jawa Tengah. Minatnya terhadap bulu tangkis sudah muncul sejak usia dini dan didukung sepenuhnya oleh orang tuanya.

Saat ini Gregoria dikenal sebagai pemain tunggal putri terbaik yang menjadi harapan Indonesia. Ia telah meraih sejumlah gelar juara dari berbagai turnamen bergengsi. Mulai dari Kejuaraan Junior Asia, Axiata Arena, Piala Sudirman, Asian Games, Sea Games, Australia Terbuka, hingga tur dunia BWF. Bahkan, pada Indonesian Sport Awards 2018, Gregoria mendapatkan pengakuan sebagai anggota Tim Bulu Tangkis Putri Indonesia yang berprestasi di Asian Games.

Gregoria merupakan anak dari pasangan Fransiska Romana dan Gregorius Maryanto yang lahir pada tanggal 11 Agustus 1999. Gregoria memiliki tinggi sekitar 164 cm dan berat badan sekitar 57 kg. Sebagai pemain bulu tangkis, Gregoria menggunakan tangan kanannya sebagai pegangannya dan saat ini menempati peringkat ke-12 dalam peringkat BWF.

Oleh karena itu, fakta-fakta seputar Gregoria Mariska menarik untuk diulas. Berikut lima fakta Gregoria yang saat ini menjadi pemain tunggal putri andalan Indonesia:

Masuk Pelatnas Cipayung sejak 2013

Pada usia 14 tahun, tepatnya pada tahun 2013, Gregoria mulai bergabung dengan Pelatnas Cipayung dan sejak itu ia tetap menjadi bagian dari program tersebut. Prestasi Gregoria semakin mencuat setelah ia menjadi bagian dari atlet Pelatnas.

Gregoria mengantongi tiket masuk ke Pelatnas berkat prestasinya yang telah meraih lima gelar Sirkuit Nasional. Prestasi tersebut terus bertambah, yaitu dengan kemenangan di ajang Singapore International Series dan Indonesia International Badminton Championship pada tahun 2015.

Meraih gelar Juara Dunia Junior pada 2017

Dalam waktu singkat, hanya dalam 3 tahun berlatih di Pelatnas Cipayung, Gregoria berhasil meraih gelar Kejuaraan Dunia Junior BWF pada tahun 2017 di Yogyakarta. Prestasi ini hanya sebagian kecil dari pencapaian gemilangnya dalam dunia bulu tangkis internasional.

Bakat luar biasanya membawa Grego menjadi salah satu pemain inti tim bulu tangkis Indonesia, khususnya di nomor tunggal putri. Keberhasilannya dalam meraih gelar juara dunia junior BWF di Yogyakarta pada tahun 2017 menandai puncak kariernya hingga saat ini.

Rela hidup jauh dari keluarga demi mengejar karier

Untuk mencapai posisi sebagai salah satu pemain tunggal putri terbaik Indonesia, Gregoria telah melewati berbagai rintangan, termasuk menghadapi kehidupan mandiri yang jauh dari orangtuanya.

Awalnya, Gregoria tertarik dengan bulu tangkis setelah melihat pertandingan bulu tangkis di televisi. Pada usia yang masih muda, atlet kelahiran tahun 1999 itu mulai mencoba olahraga tersebut dengan raket yang dibelikan oleh ayahnya, bermain di depan rumah.

Meskipun tidak memiliki latar belakang keluarga yang terkait langsung dengan bulu tangkis, Gregoria mendapat dukungan penuh dari orangtuanya untuk mengejar minatnya tersebut. Ketika Gregoria mulai menekuni bulu tangkis dengan serius, ia akhirnya mendapat kesempatan untuk bergabung dengan klub PB Mutiara di Bandung.

Sering menangis saat pertama kali tinggal di asrama

Pada tahun 2010, ketika dia masih duduk di kelas 6 SD, Gregoria memutuskan untuk pindah ke Bandung dan tinggal di asrama klub PB Mutiara. Pengalaman awalnya di asrama tidaklah mudah, Gregoria sering merasa kesepian dan sering menangis di malam hari. Namun, ia tetap bertahan dan berjuang melaluinya.

Tunggal putri Indonesia yang pertama memenangkan turnamen Super 500

Selain itu, Grego juga berhasil mematahkan absen juara selama lima tahun dalam master Spanyol dan Japan Master 2023, dan menjadi juara di Finland Open 2018. Kemenangan tersebut telah memecahkan rekor tunggal putri Indonesia pertama yang menjuarai turnamen level Super 500.

Prestasinya yang gemilang terus mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, dan kini ia menjadi salah satu andalan dalam tim tunggal putri senior.