Medali Olimpiade adalah simbol prestasi tertinggi bagi atlet dari seluruh dunia yang berkompetisi di ajang olahraga paling bergengsi di dunia. Namun, ada sebuah misteri yang sering dipertanyakan banyak orang terkait dengan bahan pembuatan medali, terutama apakah mereka benar-benar terbuat dari emas murni.
Sejak Olimpiade modern pertama di Athena pada tahun 1896, medali telah menjadi simbol penghargaan bagi para atlet yang meraih prestasi gemilang. Pada awalnya, medali diberikan kepada para pemenang acara dalam bentuk perak murni dengan desain yang berbeda-beda untuk setiap edisi Olimpiade.
Meskipun Olimpiade berasal dari Yunani Kuno, tradisi pemberian medali Olimpiade tidak dimulai hingga Olimpiade 1896 di Athena, Yunani. Pada saat itu, para pemenang diberikan medali perak dan cabang zaitun dari pohon zaitun liar. Medali emas baru diperkenalkan pada Olimpiade Musim Panas tahun 1904 di St. Louis, Missouri. Olimpiade musim ini memperkenalkan format 3 kelas medali yang masih kita kenal hari ini: emas, perak, dan perunggu.
Desain medali Olimpiade telah mengalami variasi sepanjang waktu, tetapi desain yang dipilih untuk Olimpiade 1928 tetap dipertahankan selama lebih dari 70 tahun hingga diubah kembali pada Olimpiade 2004 di Athena.
Perubahan desain ini terjadi setelah kontroversi terkait penggunaan Colosseum Romawi pada desain medali, bukan dasar yang menjadi simbol Yunani.
Bahan dasar medali Olimpiade
Meskipun medali Olimpiade sering kali disebut sebagai “medali emas”, sebagian besar medali sebenarnya tidak terbuat dari emas murni. Pada umumnya, medali emas Olimpiade hanya dilapisi dengan lapisan emas tipis di atas bahan dasar yang lebih murah, seperti perak atau tembaga. Proporsi emas yang digunakan dalam lapisan tersebut sangat kecil, dan medali tersebut tidak memenuhi standar untuk diklasifikasikan sebagai emas murni.
Menurut standar Komite Olimpiade Internasional, medali emas dan perak harus terdiri dari minimal 92,5% perak. Emas yang digunakan pada medali emas terletak pada lapisan luar dan setidaknya harus mengandung 6 gram emas murni.
Sementara itu, medali perak terbuat dari perak murni, sementara medali perunggu terdiri dari campuran 95% tembaga dan 5% seng. Secara umum, medali memiliki bentuk melingkar dengan aksesori untuk dikenakan di rantai atau pita.
Medali harus memiliki diameter minimal 60 milimeter dan ketebalan minimal 3 milimeter, dengan berat antara 500 hingga 800 gram (17,64 hingga 28,22 ons), sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Komite Olimpiade Internasional.
Nilai simbolis medali
Meskipun medali Olimpiade tidak selalu terbuat dari emas murni, nilai simbolisnya tetap tak ternilai. Medali emas merupakan pengakuan yang luar biasa atas dedikasi, kerja keras, dan prestasi luar biasa dari para atlet terbaik di dunia. Medali Olimpiade juga mewakili impian, aspirasi, dan kebanggaan dari setiap negara yang berpartisipasi dalam ajang olahraga terbesar di dunia.
Menurut Komite Olimpiade Internasional, setiap medali harus mempertahankan elemen-elemen tertentu. Antara lain yaitu, simbol lima cincin, patung dewi kemenangan Yunani Nike di depan Stadion Panathinaikos Athena, dan nama resmi dari masing-masing acara. Meskipun medali emas Olimpiade memiliki lapisan emas, sebagian besar dari bahan dasar pembentuknya sebenarnya terbuat dari perak murni.
Meski begitu, setiap edisi Olimpiade memiliki desain medali yang unik. Desain tersebut sering kali mencerminkan budaya dan warisan negara yang menjadi tuan rumah acara tersebut. Desain medali juga sering kali menggambarkan simbol-simbol penting, seperti lambang Olimpiade, simbol olahraga tertentu, atau ikon-ikon budaya dari negara tuan rumah.
Medali Olimpiade umumnya dilengkapi dengan aksesori untuk dikenakan, seperti rantai atau pita berwarna yang diberikan kepada para pemenang. Medali dikenakan di leher mereka saat upacara penghargaan.