in

Mengenal Proses Menstruasi dan Hormon yang Berperan

Ilustrasi Jadwal Menstruasi (Freepik)

Menstruasi merupakan bagian dari siklus bulanan dalam rentang usia reproduksi perempuan. Kejadian ini dipicu oleh pelepasan lapisan rahim atau endometrium. Periode menstruasi dimulai pada masa pubertas dan berakhir secara permanen ketika mencapai masa menopause.

Siklus menstruasi terkait erat dengan rangkaian perubahan hormonal yang melibatkan hormon perangsang folikel (FSH), hormon luteinising (LH), hormon estrogen, dan hormon progesteron. Mari simak penjelasan mengenai hormon yang memengaruhi siklus menstruasi.

Proses terjadinya menstruasi

Ilustrasi Wanita (Freepik)

Proses menstruasi merupakan bagian dari siklus menstruasi yang terdiri dari empat fase yaitu menstruasi, fase folikuler, ovulasi, dan fase luteal. Menstruasi adalah proses pelepasan dinding rahim karena tidak adanya kehamilan yang ditandai dengan keluarnya cairan menstruasi berupa darah, sel dinding rahim, dan mukus.

Durasi normal menstruasi adalah tiga hingga tujuh hari dan terjadi karena penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang drastis jika tidak ada kehamilan, menyebabkan pelepasan endometrium dan perdarahan yang normal.

Siklus menstruasi yang normal berkisar antara 21 hingga 35 hari, dengan rata-rata siklus sekitar 28 hari. Perubahan hormon yang terjadi selama siklus menstruasi dapat mempengaruhi wanita secara fisik, dan proses ini akan berlangsung hingga seorang perempuan mencapai menopause.

1. Hormon perangsang folikel

Follicular stimulating hormone atau hormon perangsang folikel (FSH) ini sangat berperan penting dalam siklus menstruasi. Hormon FSH dihasilkan oleh kelenjar hipofisis dan berperan penting dalam reproduksi. Hormon ini berfungsi untuk mengendalikan siklus menstruasi dan produksi sel telur di ovarium.

Rendahnya kadar hormon FSH bisa menandakan beberapa hal seperti tidak mengalami ovulasi, adanya gangguan pada kelenjar hipofisis, atau terjadi kehamilan. Sementara, jika tingginya hormon FSH dapat menandakan wanita memasuki masa menopause, adanya tumor di kelenjar hipofisis, atau gejala dari sindrom Turner.

2. Hormon luteinising

Luteinising Hormone atau Hormon luteinising (LH) memiliki peranan penting dalam mengatur siklus menstruasi dan ovulasi pada wanita. LH membantu mengatur proses-proses ini serta memengaruhi masa pubertas. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar hipofisis di otak.

Biasanya, kadar LH pada wanita akan meningkat selama menstruasi dan setelah memasuki masa menopause. Kadar LH yang berlebihan pada tubuh wanita dapat mengakibatkan masalah reproduksi seperti masalah pada ovulasi, memengaruhi kesuburan, dan siklus menstruasi yang tidak teratur.

3. Hormon estrogen

Hormon ini juga terdapat dalam tubuh pria dan wanita. Tapi pada tubuh wanita terdapat lebih banyak hormon estrogen. Estrogen dihasilkan oleh ovarium, kelenjar adrenal dan jaringan lemak. Di dalam tubuh wanita, estrogen memiliki banyak peran. Di antaranya, estrogen di ovarium berfungsi merangsang pertumbuhan folikel telur.

Sedangkan di dalam vagina menjaga ketebalan dinding vagina dan meningkatkan pelumasan. Di rahim, estrogen meningkatkan dan memelihara selaput lendir yang melapisi rahim. Terakhir, di payudara, hormon ini berperan dalam pembentukan jaringan payudara. Hormon ini juga membantu menghentikan aliran ASI setelah disapih, mengatur suasana hati, dan proses penuaan.

Penurunan produksi estrogen dapat menimbulkan berbagai gangguan, seperti menstruasi yang tidak teratur, vagina kering, suasana hati tidak menentu, menopause, dan osteoporosis pada wanita lanjut usia.

4. Hormon progesteron

Progesteron, sebagai salah satu dari dua hormon seks wanita bersama dengan estrogen, memiliki peran penting dalam mengatur menstruasi dan mendukung kehamilan. Hormon ini juga memiliki peran sebagai pengirim pesan kimiawi dalam tubuh yang memengaruhi berbagai proses, termasuk siklus tidur dan pencernaan.

Progesteron memengaruhi siklus menstruasi dan ovulasi dengan membantu persiapan lapisan endometrium dalam rahim selama ovulasi atau masa subur untuk menerima sel telur yang telah dibuahi.

Selama kehamilan, kadar progesteron tetap tinggi untuk mencegah pembentukan sel telur baru dan mempersiapkan tubuh untuk menyusui. Jika tidak terjadi pembuahan, penurunan kadar progesteron akan memicu menstruasi. Selain itu, progesteron memengaruhi suasana hati dan dapat menyebabkan gejala pramenstruasi.