in

Kisah Nyata Korban Rape Culture dalam Film Women From Rote Island

Salah satu film yang banyak dinanti oleh para penggemar film adalah “Women From Rote Island”. Film ini dinobatkan sebagai film terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2023 akan menyajikan kisah pilu seorang korban kekerasan seksual.

“Women From Rote Island” bercerita tentang kisah nyata tentang maraknya tindak kekerasan terhadap perempuan yang masih terjadi hingga saat ini. Terinspirasi dari kasus orang-orang terdekat di kehidupan kita sehari-hari. Meskipun telah disuarakan oleh berbagai kampanye, jumlah kasus kekerasan seksual tidak berkurang.

Oleh karena itu, film “Women From Rote Island” yang diproduksi oleh i Bintang Cahaya Sinema dan Langit Terang Sinema hadir sebagai bagian untuk menyuarakan kampanye ‘Stop Kekerasan’. Karena kekerasan seksual sangat jahat, diharapkan film ini dapat menyuarakan untuk melawan dan akhiri kekerasan seksual. 

Sinopsis film “Women From Rote Island”

Awal cerita dari film ini adalah ketika Orpa yang baru saja ditinggal mati oleh suaminya, Abraham. Meski mendapat tekanan dari keluarganya, Orpa belum juga menguburkan Abraham hingga delapan hari kemudian. Menunggu putri pertamanya, Martha (Irma Rihi), pulang dari tugas luar negeri di Sabah, Malaysia, menjadi satu-satunya alasan Orpa

Film ini mengisahkan perjalanan sulit Martha sebagai pekerja migran tidak berdokumen dari Sabah, Malaysia, yang pada akhirnya dipulangkan. Seluruh keluarga, terutama Orpa dan Bertha, senang Martha kembali. 

Namun setelah bekerja selama dua tahun di negeri jiran, Martha pulang dengan tangan hampa. Akibat pelecehan seksual di perkebunan tempatnya bekerja sebagai buruh kelapa sawit. Martha malah mengalami depresi berat. Akhirnya, Orpa menyadari bahwa Martha mengalami pelecehan seksual di lingkungan tempat tinggalnya.

Kisah yang lugas tetapi penuh makna ini menggabungkan isu-isu pelecehan seksual, patriarki yang telah berlangsung lama, dan buruh migran yang tidak berdokumen. Pengambilan gambar dikombinasikan dengan gerakan pemain yang dinamis membuat penonton larut dalam narasi “Women From Rote Island”. Visual yang memilukan dan menyiksa benar-benar mendorong emosi penonton. Menyakitkan rasanya menyaksikan tokoh utama menderita akibat kekerasan seksual yang terjadi di kehidupan nyata.

Film “Women From Rote Island” dibintangi oleh Linda Adoe, Irma Rihi, Sallum Ratu Ke, Van Jhoov, Putry Soares, Boy Leonard, Orpa Padaleti Boling, dan masih banyak lainnya.

Mendapat 4 penghargaan FFI 2023

Film dari rumah produksi Bintang Cahaya Sinema dan Langit Terang Sinema ini berhasil mengalahkan “24 Jam Bersama Gaspar”, “Budi Pekerti”, “Like & Share”, dan “Sleep Call”.

Film ini bahkan belum tayang secara komersial, tetapi sudah bisa memenangkan piala citra sebagai film terbaik. 

Selain itu, film ini memenangkan penghargaan lain seperti Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Asli Terbaik dan Sinematografi Terbaik. 

Film ini bahkan sudah ditayangkan di berbagai festival film Internasional Busan International Film Festival, Jakarta Film Week, Jogja Asian Film Festival, Festival Film Barcelona juga Q Cinema International dan Film Festival di Filipina.

Debut sutradara Jermias Nyangoen

Bagi masyarakat Indonesia, nama Jeremias Nyangoen mungkin masih agak asing terdengar. Pada tahun 1998, Jeremias Nyangoen memulai debutnya di layar lebar sebagai aktor, muncul dalam film ‘Kuldesak’ sebagai sales. Namun, dia belum dikenal sampai dia menulis skenario untuk film yang sangat sukses pada saat itu, ‘Denias’, “Senandung di Atas Awan”.

Selain Denias, Jeremias juga menulis skenario untuk beberapa film lainnya, termasuk “Rumah Merah Putih”, “Sang Dewi”, dan “Serdadu Kumbang”. Ia menulis dan menyutradarai secara langsung hanya satu kali, yaitu dalam film “Perempuan Dari Pulau Rote”. Siapa yang menyangka bahwa ia langsung memenangkan piala citra untuk debut penyutradaraannya.

Film “Women From Rote Island” sudah bisa ditonton di bisokop pada 22 Februari 2024.