in

Berkenalan dengan Serena Williams, Petenis Wanita Legendaris dengan Puluhan Gelar Grand Slam

Serena Williams di New York Fashion Week.

Dalam dunia tenis, ada beberapa nama yang bersinar begitu terang sehingga mereka menjadi legenda. Salah satu di antaranya adalah Serena Williams. Ia merupakan seorang atlet tenis wanita yang telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia melalui keterampilan dan kariernya yang cemerlang.

Saat ini, Serena berstatus sebagai atlet tenis non aktif alias sudah pensiun. Ia memutuskan gantung raket sejak tahun 2022 lalu.

Profil Serena Williams

Petenis yang memiliki nama lengkap Serena Jameka Williams itu lahir pada 26 September 1981 di Saginaw, Michigan, Amerika Serikat. Sejak usianya masih sangat muda, bakat tenis Serena sudah mulai terlihat. Ia dibesarkan di lingkungan yang cinta olahraga.

Serena dan saudara perempuannya, Venus Williams dengan cepat mencuri perhatian dunia tenis. Mereka dikenal memiliki performa terbaik dan kelincahannya di lapangan.

Ayah Serena, Richard, memiliki latar belakang sebagai mantan petani di Louisiana. Meskipun berasal dari keluarga yang sederhana, Richard memiliki hasrat yang besar terhadap tenis dan bercita-cita agar anak perempuannya menjadi atlet tenis.

Oleh karena itu, dia mulai mengajarkan Serena dan kakaknya, Venus bagaimana bermain tenis menggunakan buku-buku dan video sebagai panduan. Mulai dari usia empat tahun, Serena dan ayahnya menjadwalkan latihan selama dua jam setiap harinya di lapangan tenis yang terletak di dekat rumah mereka di Compton, California.

Meskipun kesuksesan besar telah dicapainya sepanjang berkarier di dunia tenis, perjalanan Serena Williams juga tidak terlepas dari cobaan dan tantangan. Ia menghadapi berbagai rintangan, mulai dari cedera serius, kritik, dan bahkan diskriminasi rasial selama bertahun-tahun.

Namun, Serena tetap teguh dalam tekadnya untuk mencapai mimpi-mimpinya. Keterampilan dan kelincahannya di lapangan adalah bukti dari dedikasi dan ketekunan yang luar biasa.

Perjalanan karier Serena Williams

Di awal kariernya, Serena melatih bakatnya dengan kedua orang tuanya, yaitu Oracene Prince dan Richard Williams. Perjalanan karier Serena mencapai puncaknya saat ia memenangkan gelar Grand Slam pertamanya di US Open 1999.

Gelar juara berikutnya ia dapatkan dari turnamen Australian Open (2003), French Open, dan Wimbledon (2002). Tak berhenti sampai di situ saja, Serena terus menambah prestasinya menjadi 23 gelar juara Grand Slam secara keseluruhan.

Kejayaan Serena dalam rangkaian turnamen Grand Slam dikenal dengan sebutan “Serena Slam”. Istilah ini mengacu pada prestasinya meraih keempat gelar Grand Slam secara beruntun. Ia berhasil mencapainya dua kali, pertama dari Prancis Terbuka 2002 hingga Australia Terbuka 2003, dan kemudian dari US Open 2014 hingga Wimbledon 2015.

Tidak hanya di lapangan Grand Slam, Serena juga berhasil meraih medali emas Olimpiade pada tahun 2012 di nomor tunggal, sementara sebelumnya ia juga meraih medali emas untuk nomor ganda.

Pada tahun 2016, Serena mencatatkan namanya sebagai atlet dengan bayaran termahal di dunia, dengan pendapatan sebesar US$ 29 juta. Prestasi ini menjadikannya atlet dengan penghasilan tertinggi di kalangan petenis putri, dengan total hadiah yang dikumpulkannya mencapai US$ 94,5 juta (Rp 1,4 triliun).

Cedera yang pernah dialami Serena

Serena sering mengalami cedera dalam perjalanan kariernya. Pada tahun 2003, ia mengalami cedera pada kaki yang membutuhkan operasi pada bulan Agustus. Hanya sebulan setelahnya, ia menerima berita tragis tentang kematian saudara tirinya, Yetunde Prince, di Los Angeles. Masalah-masalah ini meredakan semangat

Cedera yang dialami Serena cukup mempengaruhi peringkatnya dalam dunia tenis, ia sempat turun ke peringkat 139. Ia kemudian memutuskan untuk beristirahat sejenak dari turnamen untuk mempelajari keyakinan Saksi Jehovah di Afrika Barat. Setelah kembali, Serena tampil mempesona dan memenangkan gelar di turnamen AS Terbuka 2008, mengembalikan peringkatnya ke puncak dunia.

Pada tahun 2011, Serena dihadapkan pada masalah kesehatan yang lebih serius ketika ia didiagnosis mengalami penggumpalan darah di paru-paru. Hal ini memaksa Serena untuk kembali beristirahat dari tenis.

Banyak yang berspekulasi bahwa cedera tersebut menjadi awal dari keputusan Serena memilih untuk pensiun. Namun, spekulasi tersebut terbantahkan ketika kesehatannya membaik dan dia kembali beraksi di lapangan tenis pada akhir tahun itu.