Banyak orang yang datang ke Yogyakarta untuk berlibur dan menghilangkan penat dari hiruk-pikuk perkotaan. Beberapa pengunjung memilih untuk menghabiskan waktu dengan berjalan kaki pada sore hingga malam hari untuk menambah kesan romantis. Berikut adalah 6 area wisata di Yogyakarta yang ramah pejalan kaki:
Taman Sari Yogyakarta
Taman Sari Yogyakarta atau yang dikenal sebagai Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah sebuah situs bersejarah yang dulunya merupakan taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Taman Sari terletak dalam kompleks Kraton Yogyakarta dan hanya berjarak sepuluh menit berjalan kaki dari istana Sultan ke arah barat daya. Tempat ini memiliki arsitektur yang indah dan unik, mencerminkan keagungan zaman kerajaan. Di dalam kompleks Taman Sari terdapat tiga kolam pemandian yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Nol Kilometer
Titik Nol Kilometer Yogyakarta merupakan titik referensi untuk menentukan jarak antara daerah di Yogyakarta atau kota-kota lain di luar Yogyakarta. Letaknya terletak di antara Alun-Alun Utara hingga Ngejaman di ujung selatan Malioboro.
Kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta menjadi sentra perekonomian bagi masyarakat Yogyakarta karena letaknya yang strategis. Daerah ini meliputi kawasan Malioboro, Pasar Beringharjo, kawasan jalan Kyai Ahmad Dahlan, serta kawasan jalan Wijilan yang tidak pernah sepi dan selalu dipadati wisatawan.
Alun-Alun Kidul
Alun-alun Kidul, yang lebih dikenal sebagai Alkid, merupakan alun-alun yang terletak di bagian selatan Keraton Yogyakarta. Tempat ini memiliki luas sekitar 160 meter x 160 meter, dikelilingi pagar tembok batu bata dengan tinggi 2,20 meter dan tebal 30 centimeter.
Dalam area ini, terdapat banyak fasilitas seperti kandang gajah milik Keraton Yogyakarta, pedagang kuliner kaki lima, dan sepeda hias yang dapat digunakan sore hingga malam hari. Banyak pengunjung yang menghabiskan waktu untuk duduk hingga jalan-jalan santai.
Jalan Malioboro
Jalan Malioboro didirikan bersamaan dengan pendirian Kraton Yogyakarta. Nama “Malioboro” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga. Pada awal abad ke-20, jumlah pendatang ke Yogyakarta meningkat, menjadikan Malioboro sebagai jalan pertokoan paling sibuk hingga saat ini.
Selain menjadi pusat perbelanjaan yang diminati baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara, Malioboro juga dikenal dengan aktivitas perdagangan yang sangat kental di tempat tersebut.
Selain sebagai pusat perbelanjaan, Malioboro juga terkenal dengan berbagai kuliner khas Jogja seperti Gudeg, wedang jahe, nasi kucing, sate ayam mie godog, dan masih banyak lagi yang dapat dinikmati oleh pengunjung.
Kawasan Kali Code
Kawasan Kali Code merupakan sebuah kawasan wisata berbasis kampung yang terletak di Kelurahan Suryatmajan, Yogyakarta. Lokasinya berdekatan dengan Timur Malioboro.
Pada awalnya, Kali Code merupakan tempat yang kurang terawat dan tidak termasuk dalam destinasi wisata. Namun, dengan inisiatif masyarakat, Kali Code berubah menjadi tempat wisata yang unik dan menarik, yang terdiri dari spot fotografi dan murals di sepanjang tembok bantaran sungai.
Sebagai tempat wisata yang unik, Kali Code juga menjadi sumber pembelajaran, terutama bagi para mahasiswa teknik dan arsitektur. Mahasiswa sering berkunjung ke tempat ini untuk melakukan riset dan studi kasus terhadap desain kawasan.
Kawasan Kotabaru
Kawasan Kotabaru merupakan sebuah wilayah kelurahan yang terletak di kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Sejarah Kotabaru mencakup berbagai peristiwa penting, seperti Serbuan Kotabaru pada tanggal 7 Oktober 1945, yang merupakan bagian dari perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, Kotabaru juga memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang tinggi, terutama dalam konteks peninggalan bangunan bergaya kolonial Belanda. Kawasan ini dikenal dengan kekhasan fisiknya yang berbeda dari kawasan lain di Yogyakarta.
Peristiwa-peristiwa sejarah dan keberadaan bangunan-bangunan bersejarah di Kotabaru membuatnya menjadi cagar budaya yang penting dalam hubungannya dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Banyak pengunjung yang berjalan kaki untuk melihat budaya dan arsitektur di kawasan tersebut.