in

Inilah Beberapa Efek Samping Obat yang Tidak Biasa, Tetap Hati-Hati!

Ilustrasi Obat (Freepik)

Penggunaan obat bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan. Namun, beberapa obat dapat menyebabkan efek samping tertentu, seperti rasa ngantuk yang umumnya terjadi setelah mengonsumsi obat. Meskipun demikian, ada beberapa efek samping obat yang tergolong tidak biasa atau aneh yang mungkin belum diketahui banyak orang. Berikut adalah beberapa efek samping tidak biasa ketika mengonsumsi obat.

Terjadi perilaku impulsif yang berlebih

Ilustrasi Perilaku Impulsif (Freepik)

Beberapa obat dapat mengakibatkan perubahan perilaku termasuk impulsif. Dalam kasus yang jarang dan serius, obat-obatan bisa menyebabkan dorongan perilaku yang tidak biasa seperti pengeluaran uang berlebihan atau konsumsi makanan secara berlebihan.

Beberapa contoh obat yang dapat menyebabkan perubahan perilaku tersebut antara lain ropinirole, aripiprazole, sinemet, dan amantadine. Jika kamu mengalami dorongan baru atau perilaku impulsif setelah memulai pengobatan, segera konsultasikan dengan dokter.

Akhatisia

Akhatisia kondisi di mana seseorang mengalami ketidakmampuan untuk diam, baik saat duduk maupun berdiri, yang menyebabkan rasa tidak nyaman dan kegelisahan batin. Kondisi ini paling sering terjadi ketika konsumsi obat antipsikotik seperti haloperidol, ziprasidone, dan aripiprazole.

Kondisi ini juga dapat terjadi akibat penggunaan obat antimual seperti proklorperazin dan metoclopramide. Akhatisia yang berkaitan dengan pengobatan dapat diobati dengan menurunkan dosis obat atau beralih ke obat alternatif. Beberapa obat seperti propranolol mungkin dapat membantu mengatasi akhatisia, meskipun belum ada banyak penelitian yang mendukung hal ini.

Terjadi kerusakan saraf

Efek samping minum obat lainnya adalah bisa menyebabkan kerusakan saraf. Gejala umum kerusakan saraf atau neuropati seperti kepekaan terhadap sentuhan, mati rasa, dan kesemutan. Kelemahan otot dan kehilangan otot juga bisa terjadi. Beberapa obat yang bisa memicu terjadinya neuropati seperti antibiotik, obat kemoterapi, obat jantung dan tekanan darah, obat kejang, obat biologis, dan obat antiretrovial HIV.

Jika kamu mengalami rasa sakit atau kerusakan saraf yang disebabkan oleh pengobatan, menghentikan pengobatan sering kali dapat membantu memperbaiki gejala. Kalau pilihan tersebut tidak memungkinkan, dokter mungkin dapat menurunkan dosis secara aman untuk membantu mengatasi gejala. Namun, sayangnya, dalam beberapa kasus, kerusakan yang disebabkan oleh neuropati tidak dapat dipulihkan.

Mengalami mimpi buruk

Ilustrasi Mimpi Buruk (Freepik)

Konsumsi obat juga dapat berpengaruh dalam mimpi seseorang. Beberapa jenis obat memiliki kemampuan untuk menyebabkan mimpi buruk atau mimpi yang terasa sangat nyata. Menururt penelitian yang dimuat dalam jurnal Annals of Pharmacotherapy pada tahun 1999, beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan efek tersebut seperti dopamine agonist, beta blocker, obat antidepresan, obat alergi yang dikenal dengan montelukast, serta produk penghentian merokok seperti nikotin.

Jika kamu mengalami mimpi buruk atau mimpi yang mengganggu setelah mengonsumsi suatu obat tertentu, disarankan untuk konsultasikan dengan dokter. Dalam beberapa kasus, minum obat pada pagi hari mungkin lebih baik daripada pada malam hari. Namun, penting untuk tidak mengubah dosis obat atau menghentikan penggunaannya tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Nekrolisis epidermal toksik

Nekrolisis epidermal toksik (TEN) merupakan suatu reaksi kulit yang dapat mengancam jiwa yang bisa mencakup sekitar 30 persen permukaan tubuh. Umumnya, kondisi ini dimulai dengan demam, nyeri tubuh, dan gejala flu. Beberapa hari setelahnya, seseorang mungkin mengalami ruam yang menyakitkan di area tubuh tertentu, dan kulit dapat mengalami pelepuhan dan pengelupasan.

Dikutip dari StatPearls, obat-obatan seringkali menjadi penyebab utama terjadinya nekrolisis epidermal toksik. Beberapa contoh obat yang dapat menyebabkan kondisi yang langka namun serius ini meliputi antibiotik seperti antibiotik sulfa, penisilin, dan quinolone, obat kejang seperti carbamazepine, phenytoin, dan lamotrigine, piroxicam, allopurinol, serta oseltamivir.

Pengobatan nekrolisis epidermal toksik melibatkan penghentian obat dengan segera dan mendapatkan perawatan suportif darurat hingga kulit dapat pulih. Perawatan suportif dapat mencakup pemberian cairan intravena, manajemen nyeri, dan perawatan luka.

Kehilangan penciuman

Ilustrasi Kehilangan Penciuman (Freepik)

Efek dari konsumsi obat yang terakhir adalah menyebabkan hilangnya fungsi penciuman. Baik bersifat sementara maupun permanen, kehilangan penciuman (anosmia) dapat memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup seseorang. Beberapa jenis obat tertentu dapat menjadi penyebabnya. Menurut laporan dari GoodRx Health, obat-obatan ini termasuk: obat tekanan darah, antibiotik, dan obat kolesterol.

Jika mengalami kehilangan penciuman yang diduga disebabkan oleh salah satu obat yang dikonsumsi, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Dokter mungkin akan dapat merekomendasikan alternatif pengobatan yang lebih sesuai.