Depresi bukan hanya sekadar perubahan suasana hati, dalam kasus yang lebih parah bisa memicu keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang serius dan dapat mengganggu berbagai fungsi otak yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Berikut adalah penjelasan tentang aktivitas otak yang terpengaruh saat seseorang mengalami depresi.
1. Depresi dimulai dan berakhir dalam otak
Depresi merupakan suatu penyakit dengan dasar biologis yang melibatkan aspek psikologis dan sosial. Meskipun di zaman Yunani kuno dipercayai bahwa depresi berasal dari limpa, pemahaman medis modern menegaskan bahwa depresi bermula dan berakhir di otak.
Perasaan sedih dan kehampaan pada seseorang yang mengalami depresi awalnya digambarkan pada ketidakseimbangan zat kimia tertentu di otak, terutama hormon serotonin yang memiliki peran dalam pengaturan perasaan bahagia. Kekurangan serotonin dapat berdampak pada perasaan negatif.
Namun, depresi melibatkan proses otak yang kompleks, dengan perbedaan dalam pertumbuhan dan koneksi sel saraf memegang peran penting, sesuai dengan penelitian yang menunjukkan variasi antara individu satu dan lainnya.
2. Terjadinya perubahan volume dan bentuk pada otak
Sejumlah penelitian telah menunjukkan adanya perubahan dalam aktivitas otak selama perubahan suasana hati, terutama ketika kondisi ini berlangsung dalam jangka waktu lama dan berkembang menjadi depresi. Riset terkini, yang dipimpin oleh Dr. Husseini Manji dari National Institutes of Mental Health, mengungkapkan bahwa depresi juga dapat menyebabkan perubahan dalam bentuk dan volume pada suatu bagian khusus dari otak, yaitu hippocampus. Hasil penelitiannya ditemukan perubahan volume otak yang cukup signifikan pada seseorang yang mengalami depresi.
Dalam penelitiannya, Dr. Husseini Manji mengamati penyusutan volume hippocampus pada seseorang yang mengalami depresi dalam jangka waktu yang cukup lama. Hasil riset menunjukkan adanya atrofi, atau penyusutan, pada hippocampus seseorang yang mengalami depresi hingga mencapai hari ke-1.000 (sekitar tiga tahun). Selisih penyusutan ini lebih jelas dan signifikan pada individu yang mengalami depresi dalam periode waktu yang lebih lama dari itu.
3. Dapat berisiko terkena demensia dan alzheimer
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin lama seseorang mengalami depresi, semakin kecil pula ukuran hippocampus-nya. Hal ini memiliki pengaruh yang penting terhadap fungsi otak karena hippocampus adalah bagian otak yang terkait dengan proses memori. Fungsinya adalah untuk membentuk kenangan baru terhadap peristiwa yang dialami, baik secara episodik maupun otobiografi.
Penyusutan volume hippocampus berkaitan erat dengan penyakit demensia dan Alzheimer, yang menyebabkan penurunan daya ingat seseorang. Tanpa penanganan yang tepat, Alzheimer dapat menyebabkan penurunan kemampuan berbicara, berpikir, dan bahkan perubahan perilaku.
4. Terjadinya penurunan kemampuan fungsi otak
Kemampuan otak untuk mengalami neuroplastisitas, atau kemampuan untuk membentuk koneksi saraf baru sebagai respons terhadap pengalaman baru dalam hidup, dapat menurun ketika seseorang mengalami depresi berat.
Penurunan ini disebabkan oleh pengaruh depresi terhadap produksi brain-derived neurotrophic factor (BDNF), yaitu protein yang merangsang pertumbuhan neuron baru di otak. Akibatnya, perkembangan fungsi kognitif seseorang dapat terhambat.
5. Kemampuan fungsi kognitif otak menurun
Seseorang yang mengalami depresi berat akan mengalami penurunan fungsi kognitif otak, termasuk kemampuan berpikir, berkonsentrasi, dan berkomunikasi. Saat mengalami depresi, otak akan mengalami kerusakan pada bagian depannya, yang disebut lobus frontal.
Bagian ini bertanggung jawab atas pengaturan kemampuan kognitif individu serta menyimpan ingatan. Kerusakan pada lobus frontal juga dapat mengganggu sistem ingatan seseorang.
6. Sulit mengatur emosi
Depresi yang tidak ditangani juga dapat merusak bagian amigdala dalam otak, yang bertanggung jawab untuk memproses emosi dan merencanakan perilaku individu dalam berbagai situasi. Akibat kerusakan tersebut, individu dengan depresi berat mungkin mengalami kesulitan dalam mengelola emosi saat menghadapi situasi tertentu.
Kerusakan pada amigdala dapat menyebabkan kehilangan kontrol emosional, sehingga seseorang dengan depresi berat sering kali mengalami reaksi emosional yang tiba-tiba dan tidak terkendali seperti kemarahan, kesedihan, atau bahkan tangisan tanpa penyebab yang jelas. Oleh karena itu, gangguan fungsi amigdala sering dikaitkan dengan gangguan kecemasan dan fobia sosial.
7. Terjadinya penuaan dini pada otak
Depresi dapat mengganggu kemampuan otak dalam meregenerasi dan memperbaiki jaringan serta sel yang rusak, yang pada akhirnya dapat mempercepat proses penuaan otak. Penuaan otak mengakibatkan fungsi otak menyerupai orang yang lebih tua secara kognitif. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan kognitif seperti pikun atau demensia, meskipun usia seseorang masih relatif muda.