Malang adalah kota yang sering dikunjungi wisatawan karena memiliki keunikan tersendiri. Kota ini terkenal dengan beragam kuliner khasnya serta banyaknya bangunan bersejarah yang menjadi ciri khas Malang. Pada masa kolonial, kota ini merupakan pusat ekonomi yang strategis sehingga banyak bangunan peninggalan Belanda yang dapat ditemukan di sana. Berikut adalah beberapa bangunan di Malang yang merupakan sisa-sisa dari masa kolonial.
Alun-alun Tugu Malang
Salah satu peninggalan kolonial di Malang yang menjadi ikon kota dan saat ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan adalah Tugu Malang. Pada awalnya, taman ini dibuat oleh Belanda sebagai penghormatan kepada Gubernur Jenderal JP Coen, pendiri Batavia atau Jakarta. Setahun setelah kemerdekaan, muncul inisiatif untuk mendirikan tugu di tengah taman ini dan ide tersebut ditandatangani oleh Soekarno.
Puncak monumen Tugu memiliki bentuk yang menyerupai bambu runcing melambangkan senjata yang digunakan bangsa Indonesia untuk melawan penjajah. Ada pula rantai yang melambangkan persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia.
Monumen ini memiliki bintang dengan 17 pondasi dan 8 tingkat, serta tangga yang membentuk sudut 4 dan 5, yang melambangkan tanggal kemerdekaan Negara Republik Indonesia, yaitu 17 Agustus 1945. Selain itu, terdapat bunga teratai berwarna merah dan putih yang mengapung di sekitar kolam Tugu yang bermakna keberanian dan kesucian sesuai dengan warna bendera Negara Republik Indonesia.
Balai Kota Malang
Balai Kota Malang adalah salah satu bangunan bersejarah dan ikonik di Kota Malang, yang terletak di Jalan Bundaran Tugu. Bangunan ini merupakan peninggalan dari pemerintah Belanda, dibangun pada tahun 1927 dan mulai dioperasikan pada bulan September 1929. Biaya pembangunan gedung ini mencapai 287 ribu gulden dan dirancang oleh HF Horn. Hingga kini, gedung balai kota Malang masih mempertahankan arsitektur aslinya dan tetap digunakan sebagai kantor dari pimpinan wilayah Kota Malang.
RSU Lavalette
Bangunan-bangunan bersejarah di Kota Malang selalu menjadi daya tarik tersendiri. Salah satu contohnya adalah Rumah Sakit Umum (RSU) Lavalette, yang hingga kini masih berdiri kokoh dan beroperasi. Lokasinya berada di Jalan WR Supratman No. 10, Rampal Celaket, Kota Malang. RSU Lavalette mulai dibangun pada tahun 1918, menjadikannya sebagai rumah sakit tertua di Kota Malang.
Sebelum berubah menjadi rumah sakit, Lavalette awalnya adalah sebuah klinik kesehatan yang dimiliki oleh pemerintah Hindia-Belanda. Kemudian, klinik tersebut diubah menjadi rumah sakit oleh pengusaha perkebunan yang tergabung dalam yayasan ‘Stichting Malangsche Zieken-verpleging’. Nama Lavalette sendiri diambil dari pemilik saham terbesar dari klinik tersebut pada masa itu, yaitu G. Chr. Renardel De Lavalette.
Stadion Gajayana
Stadion ini dulunya merupakan kandang dari dua klub besar asal Malang, yaitu Arema dan Persema. Stadion Gajayana juga dikenal sebagai stadion tertua di Indonesia, yang dibangun pada tahun 1924-1926. Pada tahun 1990-an, stadion ini mengalami renovasi untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi 17.000 penonton. Kemudian, saat Arema berlaga di AFC Champions League pada tahun 2007, stadion ini kembali direnovasi untuk menambah kapasitasnya menjadi 25.000 penonton. Sampai sekarang, Stadion Gajayana masih digunakan untuk kegiatan olahraga dan menjadi kandang bagi beberapa klub Liga 3 di Kota Malang.