in

Deretan Film dari Sinemaku Pictures Milik Umay Shahab dan Prilly Latuconsina

Umay Shahab, aktor dan penyanyi muda berbakat, merambah dunia perfilman dengan mendirikan rumah produksi (PH) bernama Sinemaku Pictures bersama Prilly Latuconsina. Sejak didirikan tahun 2019, Sinemaku Pictures telah menghasilkan beberapa film berkualitas yang menarik perhatian penonton. Berikut deretan film dari PH milik Umay:

Kukira Kau Rumah (2022)

Film drama ini merupakan film perdana Sinemaku Pictures yang disutradarai oleh Umay Shahab dan dibintangi oleh Prilly Latuconsina dan Jourdy Pranata. Film ini mengangkat tema kesehatan mental dan sukses meraih 2.219.233 penonton, menjadikannya film dengan penonton terbanyak di masa pandemi.

Niskala, seorang gadis pengidap bipolar, kabur dari panti rehabilitasi dan bertemu Pram, seorang mahasiswa yang menawarkan bantuan untuk mengantarnya pulang. Di perjalanan, mereka mengalami berbagai petualangan yang membuka mata Niskala tentang dunia luar dan membantunya memahami kondisinya. 

Film ini tidak hanya menghadirkan kisah cinta yang manis, tetapi juga mengangkat isu kesehatan mental dengan cara yang sensitif dan informatif.

Ketika Berhenti di Sini (2023)

Film drama romantis ini disutradarai oleh Edwin dan dibintangi oleh Reza Rahadian, Laura Basuki, dan Donny Damara. Film ini mengangkat tema percintaan dan keluarga dengan alur cerita yang menyentuh hati.

Ketika Berhenti di Sini (2023) menceritakan kisah Dita, seorang desainer grafis yang bertemu dengan arsitek bernama Ed. Pertemuan tak sengaja itu mengantarkan mereka pada hubungan percintaan yang penuh lika-liku. Dita yang idealis dan Ed yang realistis kerap kali berselisih paham. 

Ketidakcocokan tersebut semakin terasa saat Dita merasa Ed tak berkembang dalam karirnya. Puncaknya, pertengkaran hebat terjadi saat Ed mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. 

Dua tahun kemudian, Dita berusaha move on dan menjalin hubungan dengan Ifan, sahabatnya sejak kecil. Namun, kacamata AR yang ia temukan menghadirkan kembali sosok Ed. Dita dihadapkan pada dilema, kembali bersama Ed melalui teknologi atau melanjutkan hidupnya bersama Ifan.

Temurun (2024)

Film horor thriller ini disutradarai oleh M. Ainun Ridho dan dibintangi oleh Jourdy Pranata, Tika Bravani, dan Christine Hakim. Film ini mengangkat tema klenik dan budaya Jawa yang dikemas dengan visual yang menegangkan.

Dikisahkan Jourdy Pranata sebagai pemeran utama mengalami kejadian mistis yang berhubungan dengan ilmu hitam setelah ia dan keluarganya pindah ke sebuah rumah tua yang penuh dengan misteri. Film ini dikemas dengan visual yang menegangkan, membuat penonton penasaran untuk mengungkap rahasia di balik kejadian mistis tersebut.

Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis (2024)

Bolehkah Sekali Saja Kumenangis. Foto: Instagram/@sinemaku.pictures

Film drama romantis ini disutradarai oleh Reka Wijaya  dan dibintangi oleh Prilly Latuconsina dan Dikta Wicaksono. Film ini bertema penerimaan diri. 

Menceritakan kisah Rani (Prilly Latuconsina), seorang wanita muda yang selalu tegar dan menyembunyikan kesedihannya di balik senyuman. Di balik keceriaannya, Rani menyimpan luka masa lalu yang membuatnya sulit untuk menangis.

Kehidupannya berubah saat bertemu dengan Bara (Dikta Wicaksono), seorang pria yang memiliki trauma masa lalu yang sama. Bara membantu Rani untuk belajar melepaskan bebannya dan Rani membantu Bara untuk kembali percaya pada cinta.

Kisah cinta mereka diwarnai dengan momen bahagia dan sedih, serta perjuangan mereka untuk menyembuhkan luka masa lalu. Film ini mengajak penonton untuk berani mengekspresikan perasaan dan menemukan kebahagiaan dalam hidup.

Perayaan Mati Rasa (2024)

Perayaan Mati Rasa. Foto: Instagram/@sinemaku.pictures

Film drama thriller ini disutradarai oleh Umay Shahab dan dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan dan Aghniny Haque. Film ini mengangkat tema trauma masa kecil dan balas dendam yang dikemas dengan alur cerita yang menegangkan. 

Film ini bercerita tentang perjalanan seorang laki-laki menghadapi kehilangan orang terkasih. Film ini mengeksplorasi proses kehilangan dan upaya untuk mengikhlaskannya, bahkan hingga protagonis merasakan mati rasa. Kisahnya ingin menyampaikan bahwa melepaskan seseorang yang dicintai dengan tulus justru merupakan bentuk cinta itu sendiri.